BAB
I
PENDAHULUAN
A. ..LATAR
BELAKANG MASALAH
Istilah ilmu pengetahuan sosial
sebagaimana dirancang dalam draf kurikulum 2004 memang membingungkan untuk
dicarikan definisinya, karena dalam berbagai literatur, baik yang ditulis oleh
ahli dari luar maupun dalam negeri, kita hanya mempunyai istilah ilmu
pengetahuan sosial yang merupakan terjemahan dari social studies. Sedangkan
nama IPS dalam dunia pendidikan dasar di negara kita muncul bersamaan dengan
diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMU tahun 1975. Dilihat dari sisi
keberlakuannya, IPS disebut sebagai bidang studi “baru”, karena cara pandangnya
bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung arti bahwa IPS bagi pendidikan dasar
dan menengah merupakan hasil perpaduan dari mata pelajaran geografi, ekonomi,
ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, dan sosiologi.
Perpaduan ini disebabkan mata pelajaran tersebut memiliki objek material kajian
yang sama yaitu manusia. Dalam bidang pengetahuan sosial, kita mengenal banyak
istilah yang kadangkadang dapat mengacaukan pemahaman. Istilah tersebut
meliputi Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
B.
..RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang telah penyusun paparkan di atas tadi maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini penyusun himpun dalam poin-poin sebagai
berikut ini :
a. Apakah pengertian
dari disiplin ilmu sosial (IPS)?
b. Apakah tujuan pendidikan IPS ?
c. Bagaimana ruang
lingkup IPS sebagai program pendidikan?
C. TUJUAN
Penyusun berharap,
setelah membaca makalah kajian SD yang penyusun ambil dari berbagai sumber
diharapkan pembaca
a. Mampu menjelaskan
pengertian dari disiplin ilmu sosial (IPS).
b. Mampu menjelaskan
tujuan pendidikan IPS.
c. Mampu menjelaskan
ruang lingkup IPS sebagai program pendidikan.
BAB
ll
PEMBAHASAN
Setiap
orang sejak lahir, tidak terpisah dari manusia lain, khususnya dari orang tua
dan lebih khusus lagi dari ibu yang melahirkannya. Sejak saat itu si bayi
telahmelakukan hubungan dengan orang lain, terutama dengan ibunya dan
dengananggota keluarga lainnya. Meskipun masih sepihak, artinya dari
orang-orang lebihtua terhadap dirinya hubungan sosial itu telah terjadi. Tanpa
hubungan sosial dan bantuan dari anggota keluarga lain, terutama dari ibunya si
bayi, si bayi tidak akanberdaya dan tidak mampu berkembang menjadi manusia
dewasa.
Selanjutnya dalampertumbuhan dan perkembangan
jasmani, rohani sesuai dengan penambahan umurserta pengalaman terhadap
kehidupan masyarakat di sekitarnya makin berkembangdan meluas. Hal tersebut
membutuhkan atau terbina melalui pengetahuan sosial,hanya tentu saja berkenaan
dengan namanya, sangat tergantung pada pernah sekolahatau tidak. Sebutan
sebagai pengetahuan sosial atau resminya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) baru
diketahui secara formal ketika kita bersekolah.
Dengan demikian maka Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) dianggap sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia serta untuk
mempolakan sejauh mana manusia itu berhubungan dengan orang lain dalam suatu
kelompok. Pada abad ke-20 ditandai dengan terjadinya perkembangan pesat pada
berbagai bidang kehidupan, seperti timbulnya ledakan penduduk, ledakan ilmu
pengetahuan, dan ledakan teknologi. Hal tersebut menimbulkan berbagai masalah
di dalam masyarakat seperti:
1. Permasalahan
yang menyangkut pengorganisasian antara lain di bidang pemerintahan,
perundang-undangan, pendidikan, penyediaan keperluan hidup,kesehatan, dan
kesejahteraan.
2. Ketegangan-ketegangan
di dalam masyarakat baik dalam arti psikis maupun fisik (Misalnya keseimbangan
lingkungan, polusi, dan masalah lalu lintas).
3. Masalah
pertentangan dan kekaburan nilai. Akibat dari hal-hal tersebut terjadi gejala
kehilangan pandangan menyeluruh,timbulnya spesialisasi yang makin intensif di
bidang ilmu pengetahuan, misalnya mengakibatkan ketidakpastian diri, terampas
rasa identitas individu, kehilangan nilainilai sosial dan tujuan etis.
Mata
pelajaran IPS diperlukan sebagai:
1. Pengalaman
hidup masa lampau dengan situasi sosialnya yang labil memerlukan masa depan
yang mantap dan utuh sebagai suatu bangsa yang bulat.
2. Laju
perkembangan kehidupan, teknologi, dan budaya Indonesia memerlukan kebijakan
pendidikan yang seirama dengan laju itu.
3. Agar
output persekolahan benar-benar lebih cocok dan sesuai serta bermanfaat.
4. Setiap
orang akan dan harus terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat. Oleh sebab
itu perlu disiapkan ilmu khusus, yaitu IPS. Dilihat dari pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana dunia pendidikan selalu tertinggal
dibandingkan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka IPS diperlukan
sebagai wadah ilmu pengetahuan yang mengharmoniskan laju perkembangan ilmu dan
kehidupan dalam dunia pengajaran.
Sebab
IPS mampu melakukan lompatan-lompatan ilmu secara konsepsional untuk
kepentingan praktis kehidupan yang baru, sesuai dengan perkembangan jaman. IPS
oleh para pendirinya secara sengaja diciptakan dan dibina ke arah menuntun
generasi muda mampu hidup dalam alamnya (jaman dan lingkungannya) dengan bekal pengetahuan
yang baru. Karena IPS diarahkan demikian, maka susunan konsep-konsep dalam IPS sungguh
sangat kompleks dan bervariasi dari berbagai cabang ilmu sosial. Tuntutan dan
persoalan kehidupan praktis adalah buah dari lajunya pengetahuan dan teknologi yang menarik lajunya kehidupan masyarakat.
Oleh sebab itu, IPS mau tak mau harus berorientasi
pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Demikianlah sekedar
gambaran yang melatarbelakangi eksistensinya pelajaran IPS di negara kita.
Keberhasilan pengajaran sangat tergantung kepada “ketepatan pilihan dan susunan
dari konsep-konsep IPS, pendekatan, orientasi program dan pengajarannya serta
tingkat inovatifnya para guru IPS itu sendiri.
Sebab
dalam dunia IPS, guru pada akhirnya adalah sumber pembaharu yang paling aktual,
yang tahu persis akan keadaan, kebutuhan, serta permasalahan siswa serta
masyarakatnya. Gurulah yang diharapkan akan mampu menyesuaikan gejolak
perkembangan baru ke dalam program dan cara pengajarannya. Di dalam kehidupan
moderen dengan komunikasi yang serba lancar dan cepat, hubungan antarorang
menjadi makin intensif, dan peristiwa-peristiwa makin kompleks.
Para
pendidik sama-sama menyadari bahwa pengetahuan mengenai saling hubungan antara
orang dengan orang, orang dengan benda-benda kebutuhan hidup, orang dengan
lembaga, dan orang dengan lingkungan perlu lebih dikembangkan dan dimiliki oleh
anak didik. Dengan bekal pengetahuan tersebut diharapkan bahwa hubungan
antarorang, antarkelompok, antarlembaga dan antarbangsa, akan terjalin lebih
lancar, kepincangan dan ketegangan sosial akan teratasi, sehingga dapat tercapai
kehidupan masyarakat yang serasi.
IPS
merupakan perwujudan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu
sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial antara lain:
Sosiologi, Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial, Geografi, Ekonomi, Politik,
dan Ekologi. IPS berusaha mengintegrasikan materi dari berbagai ilmu sosial
dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. IPS
merupakan aspek penting dari ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan diadaptasikan
untuk digunakan dalam pengajaran di sekolah.
IPS bukan ilmu
sosial, sungguhpun bidang perhatiannya sama yaitu hubungan timbal balik di
kalangan manusia. IPS hanya terdapat pada program pengajaran sekolah
semata-mata. Ilmu-ilmu sosial dipolakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
manusia misalnya melalui penelitian, penemuan, atau eksperimen. IPS dipolakan
untuk tujuan-tujuan pembelajaran dengan materi sesederhana mungkin, menarik,
mudah dimengerti, dan mudah dipelajari. Untuk dapat melaksanakan
program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila guru yang mengajar IPS
mengetahui benar-benar akan tujuan pengajaran IPS, di samping pengorganisasian,
bahan pelajaran, dan metode yang dipakai dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar.
B.
PENGERTIAN IPS..
Ilmu
Sosial (Social Science)Achmad Sanusi memberikan batasan tentang ilmu Sosial
(Saidihardjo,1996:2) sebagai berikut “Ilmu sosial terdiri dari
disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf akademis dan biasanya
dipelajari pada tingkat perguruan tinggi yang makin lanjut dan makin ilmiah”.
Sedangkan menurut Gross (Kosasih Djahiri, 198:1), ilmu sosial merupakan
disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makhluk sosial secara
ilmiah serta memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada
kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
Selanjutnya
Nursid Sumaatnadja (1980:7), menyatakan bahwa ilmu sosial adalah cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun
tingkah laku kelompok. Oleh karena itu ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Ada
bermacam-macam aspek tingkah laku manusia dalam masyarakat, seperti aspek
ekonomi, sikap, mental, budaya, dan hubungan sosial. Studi khusus tentang
aspek-aspek tingkah laku manusia inilah yang menghasilkan ilmu sosial, seperti
ekonomi, ilmu hukum, ilmu politik, psikologi, sosiologi, dan antropologi.
Jadi
setiap bidang keilmuan itu mempelajari salah satu aspek tingkah laku manusia
sebagai anggota masyarakat. Ekonomi mempelajari aspek kebutuhan materi,
antropologi mempelajari aspek budaya, sosiologi mempelajari aspek hubungan
sosial, psikologi mempelajari aspek kejiwaan, demikian pula bidang keilmuan
yang lain. Sedangkan yang menjadi obyek materialnya adalah sama, yaitu manusia
sebagai anggota masyarakat.
Berbeda
dengan ilmu sosial, studi sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau
disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang
gejala dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja pengkajiannya, studi sosial
menggunakan bidang-bidang keilmuan termasuk ilmu sosial. Tentang studi sosial
ini Achmad Sanusi (1971:18) memberikan penjelasan bahwa, studi sosial tidak
selalu bertaraf akademis universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran
bagi siswa sejak pendidikan dasar.
Selanjutnya
studi sosial dapat berfungsi sebagai pengantar kepada disiplin ilmu sosial bagi
pendidikan lanjutan atau jenjang berikutnya. Studi sosial bersifat
interdisipliner dengan menetapkan pilihan masalah-masalah tertentu berdasarkan
sesuatu referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika
dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya. Kerangka kerja studi
sosial dalam mengkaji atau mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat
tidak menekankan bidang teoretis, melainkan lebih kepada bidang praktis.
Oleh
karena itu studi sosial tidak terlalu bersifat akademis teoretis, melainkan
merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan mulai dari tingkat Sekolah
Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pendekatan studi sosial bersifat interdisipliner
atau multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Maksudnya
bahwa studi sosial dalam meninjau suatu gejala sosial atau masalah sosial
dilihat dari berbagai dimensi/sudut/segi/aspek kehidupan.
Sedangkan ilmu sosial pendekatannya bersifat
disipliner dari bidang ilmunya masing-masing. Kesimpulannya dapat dikatakan
bahwa studi sosial lebih memperlihatkan suatu bentuk gabungan ilmu sosial. Tugas
studi sosial, sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat SD sampai ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, adalah membina warga masyarakat yang mampu
menyerasikan kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial dan
mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Oleh karena itu
materi dan metode penyajiannya harus sesuai dengan misi yang diembannya.
D.
ILMU PENGETAHUAN (IPS)
Bagi
sekelompok kecil ahli pendidikan di Indonesia, sebenarnya telah memakai istilah
IPS dalam pertemuan-pertemuan ilmiah, jauh sebelum diberlakukannya kurikulum
1975. Nama-nama yang dipergunakan dalam kesempatan ini bermacam-macam, antara
lain ada yang memakai istilah Studi Sosial yang dekat dengan istilah aslinya,
ada pula yang menyebutnya dengan Ilmu-Ilmu Sosial dan ada yang menamakannya
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Namun sejak tahun 1976 nama IPS telah menjadi
nama baku.
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari
literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah
“Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama
sebuah Komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun
1913. Tujuan dari lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang
berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat Sekolah Dasar dan Menengah,
dan ahliahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama. Nama Komite itulah
yang kemudian dipergunakan sebagai nama kurikulum yang mereka hasilkan. Meskipun
demikian nama “Social Studies” menjadi makin terkenal pada tahun 1960-an,
ketika pemerintah mulai memberikan dana untuk mengembangkankurikulum tersebut.
Pada
waktu Indonesia memperkenalkan konsep IPS, pengertian dan tujuannya tidaklah
persis sama dengan Social Studies yang ada di Amerika Serikat. Mengapa
demikian? Karena kondisi masyarakat Indonesia memang berbeda dengan kondisi
masyarakat Amerika Serikat. Ini mengisyaratkan adanya penyesuaian-penyesuaian
tertentu. Sebenarnya keadaan ini sangat baik, karena setiap ide yang datang
dari luar kita terima kalau memang sesuai dengan kondisi masyarakat kita.
Mulyono
Tj. (1980:8) memberi batasan IPS bahwa IPS sebagai pendekatan interdisipliner
(Inter-disciplinary approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan
integrasi dart berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi
budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan
sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996: 4),bahwa IPS
merupakan hasil kombinasi atau basil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah
mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik.
Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri
yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Dengan demikian jelas bahwa IPS adalah fusi dari
disiplin ilmu-ilmu sosial. Pengertian fusi di sini berarti bahwa IPS merupakan
suatu bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin
ilmu yang ada.
Artinya,
bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi,
sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara
terpadu. Dalam kepustakaan kurikulum pendekatan terpadu tersebut dinamakan pendekatan
“broadfield”. Dengan pendekatan tersebut batas disiplin ilmu menjadi lebur,
artinya terjadi sintesis antara beberapa disiplin ilmu.
Dengan
demikian sebenarnya IPS berinduk kepada ilmu-ilmu sosial, dengan pengertian
bahwa teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep dan
prinsip yang ada dan berlaku pada ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial dengan bidang
keilmuannya dipergunakan untuk melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun
alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengajaran IPS.
E.
HAKIKAT IPS..
Hakikat
dari IPS terutama jika disorot dari anak didik adalah: Sebagai pengetahuan yang
akan membina para generasi muda belajar ke arah positif yakni mengadakan
perubahan-perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh dunia modern atau
sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip-prinsip dasar dan sistem nilai
yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa depan masyarakat secara
lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak diwariskan kepada turunannya secara
lebih baik. IPS sebagai paduan dari sejumlah subjek (ilmu) yang isinya menekankan
pembentukan warga negara yang baik daripada menekankan isi dan disiplin subjek
tersebut. Dalam Kurikulum IPS 1975, dikatakan sebagai berikut: IPS adalah
bidang studi yang merupakan paduan dan sejumlah mata pelajaran sosial.
Bidang
pengajaran IPS terutama akan berperan dalam pembinaan kecerdasan keterampilan,
pengetahuan, rasa tanggung jawab, dan demokrasi. Pokok-pokok persoalan yang
dijadikan bahan pembahasan difokuskan pada masalah kemasyarakatan Indonesia
yang aktual. IPS mengemban dua fungsi utama yaitu, membina pengetahuan,
kecerdasan dan keterampilan yang bermanfaat bagi pengembangan dan kelanjutan
pendidikan siswa dan membina sikap yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila
dan UUD 45. Setiap orang sejak lahir, tidak terpisahkan dari manusia lain,
khususnya dari orang tua, dan lebih khusus lagi dari ibu yang melahirkannya.
Sejak saat itu Si bayi telah melakukan
hubungan dengan orang lain, terutama dengan ibunya dan anggota keluarga yang
lainnya. Meskipun masih sepihak, artinya dari orang-orang yang lebih tua
terhadap dirinya, hubungan sosial itu telah terjadi. Tanpa hubungan sosial dan bantuan
dari anggota keluarga lain, terutama dari ibunya, si bayi tidak berdaya dan tidak
akan mampu tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa.
Selanjutnya
dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani sesuai dengan penambahan
umur, pengenalan serta pengalaman seseorang (si bayi) terhadap kehidupan
masyarakat di sekitarnya makin berkembang dan meluas. Pengenalan manusia lain
di luar dirinya, tidak hanya terbatas pada orang-orang dalam keluarga,
melainkan meliputi teman sepermainan, para tetangga, warga kampung, dan
demikian seterusnya. Hubungan sosial yang dialami, makin meluas dari
pengalaman, pengenalan serta hubungan sosial tersebut, dalam diri seseorang akan
tumbuh pengetahuan tentang seluk-beluk hidup bermasyarakat.
Berkenaan
dengan kebutuhan tertentu sifat-sifat orang lain, tempat yang pernah
dikunjungi, ha-lhal yang baik dan buruk, hal-hal yang salah serta yang benar
dalam hidup bermasyarakat. Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang
termasuk yang melekat pada diri kita masing-masing, dapat dirangkum sebagai
“Pengetahuan Sosial”. Kelahiran manusia yang kemudian diikuti oleh hubungan
pergaulan, penjelajahan, pemenuhan kebutuhan, dan lain sebagainya yang dialami
dalam kehidupan di masyarakat serta bermasyarakat telah membentuk pengetahuan
sosial dalam diri kita masing-masing.
Dengan
perkataan lain, dalam diri setiap orang tidak terkecuali, dengan kadar yang
berbeda baik kuantitatif maupun kualitatif, telah terbina pengetahuan sosial.
Hanya tentu saja berkenaan dengan namanya sangat tergantung pada permintaan
sekolah atau tidak. Sebutan sebagai pengetahuan sosial atau resminya Ilmu
Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS, baru diketahui setelah secara formal
kita bersekolah. Cobalah Anda perhatikan, amati dan hayati hal yang baru kita
bahas tadi.
Kemudian
apabila kita hayati lebih lanjut, kehidupan manusia masyarakat dan
bermasyarakat tidak hanya meliputi aspek-aspek lain yang berhubungan satu sama
lain. Kehidupan manusia di masyarakat itu beraspek majemuk atau multiaspek. Tak
usah kita melihat keadaan yang jauh-jauh, hayatilah kehidupan kita masingmasing
dalam hubungan hidup dengan orang lain atau hidup di masyarakat. Tanpa busana
atau tidak berpakaian kita tidak akan berani berhubungan dengan orang lain. Baju
atau pakaian atau sandang, merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk hidup bermasyarakat.
Kebutuhan pokok lainnya yaitu makanan atau bahan pangan. Makan bagi kita
manusia, tidak hanya semata-mata untuk mempertahankan hidup, melainkan juga
sebagai kekuatan untuk mampu berhubungan dengan orang lain.
Bahkan
makanan-makanan tertentu ada gengsi dan nilai sosialnya. Bagi masyarakat tertentu,
makan nasi atau nasi sebagai makanan pokok memiliki nilai sosial yang lebih
baik dibandingkan dengan hanya makan ketela atau umbi-umbian yang lain. Pada
hal nilai gizinya tidak jauh berbeda. Kebutuhan lain yang melekat dengan manusia
sebagai anggota masyarakat adalah kebutuhan tempat berlindung atau rumah atau
juga disebut papan. Rumah ini juga tidak hanya sekedar tempat berlindung,
melainkan juga ada gengsi dan nilai sosialnya. Pemilikan rumah ada kebanggaan
sosial tersendiri.
Dari kenyataan yang demikian, dalam kehidupan
di masyarakat dan bermasyarakat, kebutuhan materi pokok yang meliputi pangan,
sandang, dan papan, selain memancarkan aspek ekonomi dari kehidupan tersebut,
juga terkait dengan aspek kejiwaan atau aspek psikologis. Keterkaitan
aspek-aspek tersebut, dapat Anda amati dan hayati dari kehidupan praktis
sehari-hari dari pengalaman Anda masingmasing.
Kebutuhan
hidup manusia sebagai anggota masyarakat, tidak hanya terbatas pada kebutuhan
ekonomi, melainkan juga meliputi kebutuhan penambahan pengetahuan dan ilmu
seperti yang Anda lakukan saat ini tanpa menambah pengetahuan dan ilmu,
kehidupan kita di masyarakat akan tersisihkan dalam arti terdesak oleh orang
yang lebih tinggi pengetahuan dan ilmunya. Pengetahuan dan ilmu, sangat
membantu kita manusia memanfaatkan sumber daya bagi kesejahteraan. Oleh karena
itu, pengetahuan dan ilmu ini mengembangkan teknologi yang membantu kita
meningkatkan kesejahteraan. Keterkaitan antara pengetahuan, ilmu dan teknologi
dalam kehidupan masyarakat dewasa ini melahirkan ungkapan IPTEK sebagai
singkatan dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Aspek
kehidupan ini, merupakan ungkapan kemampuan manusia memanfaatkan akal pikirannya.
Dalam memenuhi tuntutan hidup bermasyarakat. Aspek kehidupan tersebut merupakan
aspek budaya yang menjadi salah satu ciri kemampuan manusia memanfaatkan akal pikirannya
dalam memenuhi tuntutan hidup bermasyarakat. Aspek kehidupan merupakan aspek
budaya yang menjadi salah satu ciri kemampuan umat manusia yang berbeda dengan
makhluk hidup non-manusia.
Anda
dipersilahkan menghayati, mengamati dan menelaah aspek-aspek budaya ini. Budaya
sesungguhnya berasal dari kata buddhayah (bahasa Sansekerta} yang berarti
“akal”. Dengan demikian, aspek budaya yang sedang kita bicarakan, tidak lain
aspek kehidupan manusia dalam memanfaatkan dan mengembangkan kemampuan akal
bagi kepentingan hidup manusia itu sendiri. Jika kita telaah dan hayati secara
mendalam, pengembangan aspek budaya tidak dapat dilepaskan dari aspek ekonomi.
Anda menambah pengetahuan, mengembangkan ilmu dan menguasai teknologi, bukan
semata-mata untuk kepentingan IPTEK, melainkan terkait dengan tujuan
mensejahterakan serta memakmurkan kehidupan Anda sendiri, yang akhirnya juga
mensejahterakan masyarakat.
Oleh
karena itu, aspek budaya ini sangat erat hubungannya dengan aspek ekonomi.
Selanjutnya, Anda dapat menghayati sendiri penguasaan IPTEK yang makin
meningkat, juga meningkatkan kepercayaan diri, kebanggaan diri dan kemampuan
intelektual dalam menghadapi berbagai masalah. Dengan demikian, aspek budaya
ini berkaitan dengan aspek psikologi. Cobalah Anda amati keadaan di sekitar
Anda, baik di lingkungan kabupaten sampai di lingkungan negara. Betapa cepatnya
perubahan lingkungan sebagai akibat pemanfaatan dan penerapan IPTEK.
Pembangunan
gedung-gedung, jembatan, jalan dan seterusnya yang makin menunjang kehidupan,
merupakan ungkapan nyata aspek
budaya dalam
bentuk penerapan IPTEK tersebut. Namun demikian, kita dapat menelaah ke
belakang sekitar 10 atau 20 tahun yang lalu, bagaimana keadaan lingkungan kota
atau membandingkan kemajuan hari ini dengan 10 atau 20 tahun yang lalu. Keadaan
lingkungan kota atau desa bahkan Negara itu? Bahkan lebih jauh lagi, kita dapat
membandingkan kemajuan hari ini dengan keadaan pada zaman penjajahan Belanda
dan penjajahan Jepang yang telah lampau.
F.
TUJUAN IPS..
Tujuan
mempelajari ilmu pengetahuan sosial di Indonesia untuk Memberikan pengetahuan
yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal kembali atau
mengenal ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama atau
dialami sebelumnya. Kemampuan dan keterampilan, yaitu kemampuan untuk menemukan
informasi yang tepat dan teknik dalam pengalaman seorang siswa untuk menolongnya
memecahkan masalah-masalah baru atau menghadapi pengalaman baru.
Tujuan
yang bersifat afektif, berupa pengembangan sikap-sikap, pengertianpengertian dan
nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong siswa
mengembangkan filsafat hidupnya.
Tujuan
pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), secara umum dikemukakan oleh Fenton
(1967), adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik,
mengajar anak didik agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan
kebudayaan bangsa, Sedangkan Clark dalam bukunya, Social Studies in Secondary
School, A Hand Book (1973) menyatakan bahwa studi sosial menitikberatkan pada
perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan sosialnya, manusia dengan
segala kegiatannya dan interaksi antarmereka.
Dalam
hal ini anak didik diharapkan dapat menjadi anggota yang produktif,
berpartisipasi dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab,
tolong menolong dengan sesamanya, dan dapat mengembangkan nilai-nilai dan
ide-ide dari masyarakatnya (Thamrin Talut, 1980: 2).
Jadi
tujuan utama pengajaran Social Studies (IPS) adalah untuk memperkaya dan
mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam
lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat
yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih
baik.
Di
Indonesia telah menjadi konsensus nasional yang tidak dapat ditawar lagi bahwa
Pancasila menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu
pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan Pancasila sebagaimana telah dicantumkan
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai berikut:
Pendidikan
Nasional berlandaskan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapatmembangun dirinya sendiri
serta bersama-bersama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. (Ketetapan
MPR- RI, 1978:12).
Tujuan
Pendidikan Nasional yang digariskan dalam GBHN merupakan tugas pendidikan yang
cukup berat tetapi sangat mulia. Sebab tujuan Pendidikan Nasional tersebut
menciptakan manusia pembangunan yang cerdas, takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti tinggi, mempunyai semangat kebangsaan, dan berketerampilan
tinggi. Tujuan-tujuan tersebut di atas harus dijabarkan lebih jauh ke dalam
jenis dan jenjang pendidikan yang lebih terperinci ke dalam kurikulum yang menjadi
landasan kerjanya, kepada bidang-bidang studi yang dapat dilaksanakan untuk
mengisi tujuan tersebut dan ke dalam latihan-latihan praktis yang dapat dilakukan.
(Nursid Sumaatmaja, 1980: 34).
IPS
sebagai komponen kurikulum sekolah merupakan kesempatan yang baik untuk membina
afeksi, kognisi, dan psikomotor pada anak didik untuk menjadi manusia
pembangunan Indonesia, dalam hal ini pengajaran IPS berkewajiban membentuk
tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan. Jadi tujuan Pendidikan Nasional
Indonesia harus menciptakan manusia pembangunan yang berkepribadian Pancasila,
yakni manusia pembangunan yang tidak hanya sadar akan kepentingan hidup
masyarakat pada masa kini saja, tetapi juga memiliki kesadaran dan perspektif kehidupan
untuk masa yang akan datang.
oleh
karena itu tujuan kurikuler dan kurikulum nasional tidak dapat dilepaskan dari kepentingan
nasional dan kepentingan anak didik. Mengingat hakikat IPS merupakan perpaduan
pengetahuan dari pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial dan harus mencerminkan sifat
interdisipliner, maka tujuan kurikuler pengajaran IPS yang harus dicapai
sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
- Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
- Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
- Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.
- Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan integralnya.
- Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi (Nursid Sumaatmadja, 1980: 48).
G.
RUANG LINGKUP IPS SEBAGAI PROGRAM PENDIDIKAN..
Ruang
lingkup IPS tidak lain menyangkut kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat
atau manusia dalam konteks sosial. Selanjutnya IPS sebagai program pendidikan,
ruang lingkupnya sama yakni berhubungan dengan manusia sebagai anggota
masyarakat dan dilengkapi dengan nilai-nilai yang menjadi karakteristik program
pendidikannya. Untuk itu IPS sebagai program pendidikan tidak hanya terkait
dengan nilai tapi wajib mengembangkan nilai tersebut.
Meninjau
ruang lingkup IPS sebagai program pendidikan, tidak dapat tidak, kita harus
mulai dari ruang lingkup IPS sebagai pengetahuan lebih dahulu. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini marilah kita bahas ruang lingkup tersebut. Anda telah
menyimak , bahwa kehidupan manusia dalam masyarakat atau manusia dalam konteks
sosial, ditetapkan sebagai ruang lingkup IPS. Oleh karena itu, kita wajib menelaah
satuan-satuan manusia sebagai kelompok di masyarakat. Satuan kelompok yang
paling mendasar tidak lain adalah keluarga yang terbentuk oleh ayah (suami), ibu
(istri) dan anak. Keluarga inti (nuclear family) ini biasa juga disebut
segitiga abadi. Dalam masyarakat yang bagaimanapun, keluarga yang merupakan
segitiga abadi ini selalu ada.
Mulai
dari keluarga inilah tumbuhnya seseorang (individu) menjadi suatu pribadi, dan
dalam keluarga ini juga mulai berkembang aspek-aspek kehidupan sosial yang
meliputi hubungan sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi serta
politik. Keluarga sebagai wadah terjadinya kehidupan dan aspek sosial itu kita kategorikan
sebagai kelompok, sedang jika kita telaah dari fungsinya yang mengatur kesejahteraan,
ketertiban, hak dan kewajiban, serta keamanan dapat pula dikategorikan sebagai
bentuk “pemerintahan” bahkan juga “negara” yang tidak formal.
Keluarga
sebagai suatu kelompok inti di masyarakat, merupakan lembaga yang berfungsi
majemuk (multifungsi). Keluarga sebagai lembaga pendidikan berfungsi meletakkan
dasar-dasar pendidikan kepada anak-anaknya, sebagai lembaga kebudayaan
berfungsi mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai budaya, sebagai lembaga
ekonomi berfungsi memenuhi kesejahteraan material seluruh anggotanya, sebagai
lembaga peradilan berfungsi memelihara serta menjamin keadilan kepada
anggotanya, sebagai lembaga agama berfungsi meletakkan dasar iman dan takwa
kepada anggotanya, sebagai lembaga politik berfungsi memelihara serta
mempertahankan kesejahteraanketentraman- keamanan, hak dan kewajiban
anggotanya.
Keluarga sebagai kelompok inti dalam
masyarakat, merupakan lembaga yang bernilai dasar dan strategis membina serta
mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dalam menciptakan masyarakat yang
makmur, aman dan sejahtera. Keluarga dengan skala karakter, fungsi, peranan,
kedudukan dan proses perkembangannya, merupakan salah satu ruang lingkup
penting IPS. Satuan lain di masyarakat yang ukurannya lebih “besar”, adalah
rukun tetangga, rukun kampung, warga desa sampai ke warga bangsa. Pada
kelompokkelompok ini juga terjadi proses sosial dengan segala aspeknya seperti
yang terjadi dan dialami oleh keluarga sebagai kelompok sosial. Namun demikian,
sesuai dengan ukuran, karakter hubungan sosial dan fungsinya, kelompok-kelompok
yang barudiketengahkan tadi, memiliki
sifat yang berbeda dengan keluarga.
sebagai
guru, melainkan harus dialihkan kepada peserta didik, agar mereka menjadi SDM
yang selalu berhubungan dengan pengetahuan serta informasi yang masih segar. Perkembangan
dan kemajuan IPTEK dalam bidang transportasi dan komunikasi-informasi dewasa
ini, juga meningkatkan hubungan sosial manusia dari satu ruang geografi ke
ruang geografi lainnya yang tidak hanya satu arah, melainkan secara timbal
arah, yang kita sebut “interaksi sosial”.
Proses ini tidak lagi hanya terbatas pada
aspek budaya, melainkan telah meluas aspek-aspek lain seperti politik, dan
terutama ekonomi. Proses ini juga telah menembus batas-batas lokal dan regional
sampai ke tingkat global. Proses hubungan sosial dan interaksi sosial ini telah
menjadi proses globalisasi. Ruang lingkup IPS, tidak hanya terbatas pada kehidupan
sosial pada tingkat lokal dan regional, melainkan telah sampai ke tingkat global.
Berdasarkan
uraian yang telah kita diskusikan tadi, ruang lingkup IPS sebagai pengetahuan,
pada pokoknya adalah kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam konteks
sosial. Ditinjau dari aspek-aspeknya, ruang lingkup tersebut meliputi hubungan
sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi dan aspek politik,
dan ruang lingkup kelompoknya, meliputi keluarga, rukun tetangga, rukun kampung,
warga desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat bangsa. Ditinjau dari ruangnya,
meliputi tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global. Sedangkan dari proses
interaksi sosialnya, meliputi interaksi dalam bidang kebudayaan, politik, dan ekonomi.
Tiap unsur yang menjadi subsistem dari ruang lingkup tersebut, berkaitan satu
sama lain sebagai cerminan kehidupan sosial manusia dalam konteks masyarakatnya.
Dengan
demikian, ruang lingkup itu tidak hanya luas cakupannya, juga meliputi aspek
dan unsur yang besar kuantitasnya. Untuk menyesuaikan lingkup tersebut dengan
jenjang pendidikan dan tingkat kemampuan peserta didik. Kita selaku guru IPS,
wajib melakukan seleksi, baik berkenaan dengan aspek maupun berkenaan dengan
ruang dan permasalahannya. Dalam hal ini, Anda selaku guru IPS, wajib mengenali
sumber dan pendekatan sesuai dengan peserta didik yang menjadi subjek
pendidikannya.
Setelah
kita mendiskusikan aspek material dari ruang lingkup IPS itu, selanjutnya kita
akan meninjau dari aspek pendidikannya. Seperti telah dikemukakan terdahulu,
IPS sebagai program pendidikan, tidak sekedar terkait dengan nilai, bahkan
justru wajib mengembangkan nilai tersebut. Tentu di sini Anda akan bertanya “Nilai-nilai
apakah yang wajib dikembangkan oleh IPS sebagai program pendidikan itu?”
Jawaban atas pertanyaan tadi, akan kita diskusikan pada uraian selanjutnya meliputi
nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat dan nilai
ke-Tuhanan.
Dengan
membina dan mengembangkan nilai-nilai tadi, kita sangat mengharapkan “terciptanya’
SDM Indonesia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran
dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa serta negara.
Perkembangan kehidupan sosial hari ini dan terutama di masa yang akan datang,
menuntut SDM yang demikian. Selanjutnya marilah kita rinci nilai-nilai itu sebagai
berikut:
1.
Nilai Edukatif
Salah
satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan
perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik, perilaku itu meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan perilaku kognitif di sini,
tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan meliputi
pula nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah
sosial.
Oleh karena itu,
materi yang dibahas pada pendidikan IPS ini, jangan hanya terbatas pada
kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan juga mengangkat masalah sosial yang
terjadi sehari-hari. Pelontaran masalah sosial itu tidak selalu dari Anda
selaku guru IPS, melainkan lebih baik lagi jika peserta didik sendiri
mengangkat atau melontarkan masalah tersebut. Melalui suasana yang demikian,
nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif pemecahan masalah sosial dari
peserta didik makin meningkat. Dalam proses peningkatan perilaku sosial melalui
pembinaan nilai edukatif, tidak hanya terbatas pada perilaku kognitif,
melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan perilaku afektifnya. Justru
perilaku inilah yang lebih mewarnai aspek kemanusiaan.
Melalui
pendidikan IPS, perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian, dan
tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Kejelian mereka terhadap
ketimpangan sosial, penderitaan orang lain, perilaku yang menyimpang dari norma
dan nilai. Melalui IPS yang ditanamkan sampai menyentuh nuraninya. Masalah sebagai
fakta sosial diproses melalui berbagai metode dan pendekatan sampai betul-betul
membangkitkan kepedulian serta tanggung jawab sosial peserta didik. Kepedulian
dan tanggung jawab sosial, secara nyata dikembangkan dalam pendidikan IPS untuk
mengubah perilaku peserta didik bekerja sama, gotongroyong, dan membantu
pihak-pihak yang membutuhkan. Pengembangan perilaku psikomotor, tidak terbatas
hanya keterampilan fisik dalam memanipulasi alat dan media pengajaran IPS,
melainkan yang terutama mengembangkan keterampilan sosial seperti telah
dikemukakan tadi. Keterampilan sosial peserta didik dalam bentuk kerja sama,
gotong-royong dan menolong pihak lain.
Secara
meyakinkan ditingkatkan melalui pendidikan IPS. Proses pembelajaran yang
demikian, tidak hanya terbatas di dalam kelas dan di sekolah pada umumnya,
melainkan lebih jauh dari pada itu dilaksanakan dalam kehidupan praktis
sehari-hari. Tugas mengamati masalah lingkungan dan masalah sosial pada umumnya
serta kerja sosial, seperti gotong-royong membersihkan lingkungan, secara
terarah dan berkesinambungan, diberikan kepada peserta didik pada pendidikan
IPS ini.
2.
Nilai praktis
Kita
sepakat bahwa pelajaran dan pendidikan apa pun, nilainya tidak berarti, apabila
tidak dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
perkataan lain, pelajaran dan pendidikan tidak memiliki makna yang baik, jika
tidak memiliki nilai praktis. Oleh karena itu, pokok bahasan IPS itu, jangan
hanya tentang pengetahuan yang konseptual-teoretis belaka, melainkan digali
dari kehidupan sehari-hari, mulai dari di lingkungan keluarga, pasar, jalan, tempat
bermain dan seterusnya.
Dalam
hal ini, nilai praktis itu disesuaikan dengan tingkat umum dan kegiatan peserta
didik sehari-hari. Pengetahuan IPS yang praktis tersebut bermanfaat dalam
mengikuti berita, mendengarkan radio, membaca buku cerita, menghadapi
permasalahan kehidupan sehari-hari sampai kepada pengetahuan IPS yang berguna
melaksanakan pekerjaan sebagai wartawan, pengusaha, pejabat daerah, dan
demikian seterusnya.
Pembelajaran
pada pendidikan IPS tersebut diproses secara menarik, tidak terlepas dari kehidupan
sehari-hari, dan secara langsung ataupun tidak langsung bernilai praktis serta
strategis membina SDM sesuai dengan kenyataan hidup hari ini, terutama untuk
masa-masa yang akan datang.
3.
Nilai Teoretis
Membina
peserta didik hari ini pada proses perjalanannya diarahkan menjadi SDM untuk
hari esok. Oleh karena itu, pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan membahas
kenyataan, fakta, dan data yang terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari pada
itu menelaah keterkaitan suatu aspek kehidupan sosial dengan yang lainnya.
Peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan nalarnya ke arah dorongan
mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri
di lapangan (sense of discovery).
Kemampuan
menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan berbagai pernyataan (sense of inquiry)
mereka dibina serta dikembangkan. Dengan demikian, kemampuan mereka rnengajukan
“hipotesis” dan dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan, juga berkembang. Dengan
perkataan lain, kemampuan mereka “berteori” dalam pendidikan IPS, harus dibina
dan dikembangkan dalam menghadapi kehidupan sosial yang berkembang dan berubah.
4.
Nilai filsafat
Pembahasan
ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan perkembangan
kemampuan peserta didik, dapat mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota
masyarakat atau sebagai makhluk sosial. Melalui proses yang demikian, peserta
didik dikembangkan kesadaran dan penghayatannya terhadap keberadaannya di
tengah-tengah masyarakat, bahkan juga di tengah-tengah alam raya ini.
Dari
kesadarannya terhadap keberadaan tadi, mereka disadarkan pula tentang
peranannya masing-masing terhadap masyarakat, bahkan terhadap alam lingkungan
secara keseluruhan. Dengan perkataan lain, kemampuan mereka merenungkan
keberadaan dan peranannya di masyarakat ini, makin dikembangkan. Atas kemampuan
mereka berfilsafat, tidak luput dari jangkauan pendidikan IPS. Dengan demikian,
nilai filsafat yang demikian berfaedah dalam kehidupan bermasyarakat, tidak
luput dari perhatian pendidikan IPS ini.
5.
Nilai Ketuhanan
Kenikmatan
dari Tuhan Yang Maha Kuasa berupa akal pikiran yang berkembang dan dapat
dikembangkan yang telah membawa manusia sendiri maupun memenuhi segala
kebutuhannya dari sumber daya yang telah disediakan oleh-Nya. Kenikmatan kita
sebagai manusia mampu menguasai IPTEK, menjadi landasan kita mendekatkan diri
dan meningkatkan IMTAK kepada-Nya.
Kekaguman
kita manusia kepada segala ciptaan-Nya, baik berupa fenomena fisikal-alamiah
maupun berupa fenomena kehidupan, merupakan nilai ketuhanan yang strategis
sebagai bangsa yang ber-Pancasila. Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan
aspek kehidupan sosial yang begitu luas cakupannya, menjadi landasan kuat
penanaman dan pengembangan nilai Ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita
manusia lahir-batin.
Nilai
Ketuhanan ini menjadi landasan moral SDM setiap hari, terutama untuk masa yang
akan datang. Hal ini wajib menjadi perhatian Anda dan kita semua selaku guru
IPS bahwa materi dan proses pembelajaran apa pun pada pendidikan IPS, wajib
berlandaskan nilai Ketuhanan. Selanjutnya, dalam proses pembelajaran pendidikan
IPS, Anda selaku guru IPS tetap berpegang pada ruang lingkupnya, yaitu manusia
sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Oleh karena itu,
proses tersebut tidak dapat terlepas dari kondisi masyarakat sebagai suatu
kenyataan.
Secara
bertahap dan berkesinambungan, lingkup masyarakat yang menjadi objek formal dalam
pembelajaran, mulai dari lingkungan keluarga, para tetangga, kampung, desa,
kabupaten, propinsi, serta demikian seterusnya. Sedangkan yang menjadi objek
materialnya, meliputi aspek-aspek hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya,
sejarah, geografi, dan politik.
Bobot
luas dan kedalaman materi aspek-aspek tadi, secara bertahap disesuaikan dengan
perkembangan dan tingkat kemampuan peserta didik. Ragam pembelajarannya juga
disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan. Secara formal, proses
mengajar dan membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Namun sesuai dengan kenyataan, peserta didik itu dibelajarkan
dalam kehidupan yang sesungguhnya, baik di lingkungan keluarga, di jalan, di
pasar, di tempat pembelajaran, dan tempat-tempat keramaian lainnya. Interaksi
edukatif antara Anda selaku guru dengan peserta didik, tidak hanya sepihak
dalam bentuk “ceramah” saja, melainkan dikembangkan melalui metode lain,
seperti tanya-jawab, diskusi, tugas, karyawisata, sosiodrama, dan bermain
peran.
Pendekatan
dan metode tersebut dilaksanakan secara bervariasi serta terpadu. Pelaksanaan
metode pembelajaran di luar sekolah, dilaksanakan melalui karyawisata, dan
terutama tugas. Banyak hal yang tidak dapat dilaksanakan di dalam kelas atau
umumnya di sekolah, dapat Anda penuhi dengan memberikan tugas kepada peserta
didik. Tugas ini juga kaya akan berbagai ragam kegiatan, melakukan komunikasi
(tanya-jawab, wawancara, diskusi) dengan sumber data atau narasumber, orang
tua, dan orang-orang tertentu yang dapat memberikan informasi tentang materi
atau pokok bahasan IPS yang sedang menjadi garapan.
Tugas
itu juga dapat dalam bentuk membaca (buku, surat kabar, majalah), mengumpulkan
artikel dari surat kabar, mengumpulkan gambar, mendengarkan berita radio,
menonton TV, dan seterusnya. Informasi mengenai kehidupan sosial nyata
sehari-hari, menjadi materi utama.
BAB
III
PENUTUP
A.
..KESIMPULAN
Perkembangan
hidup seseorang pada hakikatnya mulai dari saat dia lahir sampai menjadi dewasa,
tidak terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan sosial dapat
dikatakan tidak asing bagi setiap orang. Kehidupan sosial manusia di masyarakat beraspek
majemuk yang meliputi aspek-aspek hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya,
sejarah, geografi, dan politik. Karena tiap aspek kehidupan sosial itu mencakup lingkup
yang luas, untuk mempelajari dan mengkajinya menuntut bidang-bidang ilmu yang
khusus.
Melalui ilmu-ilmu sosial
dikembangkan bidangbidang ilmu tertentu sesuai dengan aspek kehidupan sosial
masing-masing. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang pendidikan, tidak hanya
membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial, melainkan lebih jauh dari pada
itu berupaya membina dan mengembangkan peserta didik menjadi sumber daya manusia
yang berketerampilan sosial dan intelektual sebagai warga masyarakat dan warga negara
yang memiliki perhatian, kepedulian sosial yang bertanggung jawab.
Kehidupan di masyarakat dan
bermasyarakat yang terus berkembang, menjadi landasan bagi pengembangan IPS
sebagai bidang pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan dan tuntutan
kemajuan kehidupan. Pengetahuan sosial merupakan cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia baik tingkah laku perorangan maupun tingkah
laku kelompok. Ada bermacam-macam aspek tingkah laku manusia dalam masyarakat,
seperti aspek budaya sikap, mental, ekonomi, dan hubungan sosial. Aspek-aspek
inilah yang kemudian mengkondisikan untuk menghasilkan pengetahuan disiplin
ilmu sosial dan dipelajari di sekolah.
Ilmu pengetahuan sosial yang dipelajari di
sekolah diimplikasikan sesuai dengan tingkatan yang berada pada jenjang
pendidikan. Untuk itu IPS merupakan mata pelajaran yang penting bagi jenjang
pendidikan dasar. Hal ini dipandang bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan
yang mendasari jenjang pendidikan selanjutnya dengan pertimbangan aspek-aspek
tingkah laku perlu dipolakan sedini mungkin agar mereka berperilaku sesuai
dengan yang diharapkan.
Kita
telah memahami beberapa hal berkenaan dengan IPS sebagai program
pendidikan. Berikut ini akan diketengahkan rangkuman sebagai berikut. Hakikat
perkembangan seseorang mulai saat ia lahir sampai menjadi dewasa, tidak dapat
terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan sosial dapat dikatakan
tidak asing bagi tiap orang. Kehidupan sosial manusia di masyarakat beraspek
majemuk yang meliputi aspek hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya,
sejarah, geografi dan politik. Karena tiap aspek kehidupan sosial itu mencakup
lingkup yang luas, untuk mempelajari dan mengkajinya menuntut bidang ilmu-ilmu
yang khusus.
Melalui ilmu-ilmu sosial
dikembangkan bidang-bidang ilmu tertentu sesuai dengan aspek kehidupan sosial
masing-masing. IPS sebagai bidang pendidikan tidak hanya membekali peserta
didik dengan ilmu pengetahuan sosial, melainkan lebih jauh daripada itu
berupaya membina dan mengembangkan mereka menjadi SDM Indonesia yang
berketerampilan sosial dan intelektual sebagai warga negara yang memiliki
perhatian serta kepedulian sosial yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan
nasional.
Daftar Pustaka
Achmad Sanusi,..
Dt. (1971). Studi Sosial di Indonesia. Bandung: IKIP.
________________1970).
Sosiolog: Suatu Pengantar.FE,UI Jakarta.
_________________
(1971). Studi Sosial di Indonesia, IKIP Bandung.
Arief Sritua.
(1990). DarE Prestasi Pembangunan Sampai Ekonomi Politik;
Kumpulan
Karangan, UI Press – Jakarta
________________
(1980b).Kebudayaan Mentaliteit dan Pembangunan. Gramedia
Jakarta.
________________
(1983 a)Manusia dan Kebudayaan di Indonesia .Jembatan
Jakarta.
_________________(1983b).Pengantar
Antropologi .Aksara Baru Jakarta.
B. Setiawan.
(2003). Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. GM Press-
Jogyakarta.
Cheppy,
H.C.(tt). Strategi Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya Karya Anda.
Darojat, Ojat.
dkk. (2000). Kewirausahaan, UT - Jakarta.
Haryoso,(1977).
Pengantar Antropologi, Bina Cipta Bandung.
Husein Achmad,
dkk (1981). Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIS – IKIP
Jogyakarta.
Hidayati, M.
(2004). Bahan Ajar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah
Dasar, FKIP
Universitas Negeri Jogyakarta.
Ihromi.TO,(1981).
Pokok-pokok Antropologi Budaya. Graniedia Jakarta.
1-52 Unit 1
Kosasih Jahiri,
dkk (1979). Pengajaran Studi Sosial/IPS, LPPP -IPS, FKIS –IMP
Bandung.
Koentjaraningrat,(1980a).
Masyarakat Desa di Indonesia Masa Kini.Y.B.P.FE.UI
Jakarta.
Mulyono, TJ.
(1980). Pengertian dan Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial.
Yogyakarta:
Departemen P dan K, P3G.
Nursid
Sumaatmadja., dkk. (1986). Buku Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu
Pengetahuan
Sosial, Modul 1-3. Jakarta : Karunika, Universitas
Terbuka.
Nursid
Sumaatmadja,dkk.(1986).Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan
Sosial. Kaninika
UT, Jakarta
Poerwito.
(1991/1992). Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang : Departemen P dan K,
Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah P3G IPS dan PMP.
Saidihardjo
& Sumadi, HS. (1996). Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (Buku
I). Yogyakarta :
FIP IKIP.
Saidihardjo,dkk.(1996).
Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial, FIP IKIP
Jogyakarta.
Soemardi.S.(1983).Pengantar
Sosiologi. FE.UI, Jakarta.
Soeijono
Soekanto,(1964).Setangkai Bunga Sosiologi. FE, UI Jakarta.
Soelaimen, M.
Munandar (1986), Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial,
Eresco- Bandung.
Susilo, H.
(1995). Pengantar Pendidikan Lingkungan, PKPKLH Malang.
Selo Soemardjan,
(1982). Sosiologi Pengantar. Rajawali-Jakarta.
Kajian IPS SD 1-
53
Taneo, S.
(2005). Bahan Ajar Materi dan Pembelajaran IPS SD, FKIP Undana –
Kupang
Thamrin Thalut
& Abduh M. (1980). Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta :P3G Departemen
P dan K.Tukidi B. (1992). Materi Ilmu Pengetahuan Sosial PGSD, FTP IKIP -
Jogyakata.
No comments:
Post a Comment