Thursday, December 21, 2017

Ilmu Sebagai Aktifitas Penelitian (Filsafat Ilmu)



BAB I
PENDAHULUAN


A.  .Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang filsafattidak terlepas dari berbicara tentang ilmu dan pengetahuan.Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis metafisis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut.
Filsafat ilmu memiliki tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, filsafat ini membahas tentang apa yang bisa dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi dan kuantitatif. Ini tidak terlepas dari pandangan yang materialistik-sekularistik. Kuantifikasi objek ilmu pengetahuan berarti bahwa aspek-aspek alam yang bersifat kualitatif menjadi diabaikan. Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah dengan pilar utamanya rasionalisme danempirisme.

         Dari semua pengetahuan, maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filsafat, juga kenyataan yang dikenal dan diungkapkan.
Mereka muncul dan berkembang maju sampai pada taraf kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal. Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran empiris, kebenaran rasional, dan kebenaran metafisik. Kebenaran empiris  menjadi bahasa, etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran rasional menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yangada sejauh berhadapan dengan akal budi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang menyatakannya.

B. .Rumusan Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, agar pembahasan dalam makalah ini tidak lari dari judulnya ada baiknya kita rumuskan masalah-masalah yang akan di bahas, antara lain :
1.      Apa yang dimaksud dari, Ilmu adalah sebagai Aktifitas Penelitian ?


C. Tujuan Penulisan
1.  Memahami fungsi dari pada ilmu sebagai aktifitas penelitian.





BAB II
PEMBAHASAN

A.      SUMBER ILMU PENGETAHUAN.
Ada dua macam sumber ilmu pengetahuan, yaitu dari Agama yang bersumber dari Allah SWT, dan dari manusia yaitu para filosof yang menghasilkan filsafat.
                       
1.      Ilmu yang bersumber pada Agama atau Allah SWT.
Di turunkan kepada manusia melalui para rasul-rasul Allah, berupa wahyu Allah yang diabadikan dalam kitab suci masing-masing. Diantaranya :
a.       Zabur, kitab Nabi Daud as
b.      Taurat, kitab Nabi Musa as
c.       Injil, kitab Nabi Isa al-Masih as
d.      Al-Quranul Karim, kitab Nabi Muhammad SAW.

Allah berfirman dalam Al-Quran:
Sebagaimana kami telah mengutus kepada rasuldiantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepadamu dan mensucikanmu dan mengajarkan kepadamu al-kitab hikmah serta mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.( QS. Al-Baqarah 2:151 )
Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS.al-Jatsiyah,45:20)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyaki-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman. (QS. Yunus, 10:57)
Dari uraian dan contoh diatas, maka jelaslah bahwa petunjuk Allah kepada umat manusia melalui rasul-rasul Nya terintegrasi dalam dan proses bersama dengan pertumbuhan dan perkembangan budaya umat manusia. Mengingat bahwa rasul-rasul tersebut fungsinya menyampaikan ajaran –ajaran Islam, berarti rasul tersebut adalah pelaksana ajaran-ajaran Allah SWT.

2.      Ilmu Pengetahuan yang Bersumber dari Filsafat
Semua ilmu pengetahuan yang kita kenal sekarang ini bersumber dari (philosophia), yang di anggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan (mater scientiarum). Filsafat pada mencakup pula segala pemikiran mengenai masyarakat. Lalu seiring perkembangan zaman dan tumbuhnya peradaban manusia, berbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat berkembang dengan tujuan masing-masing melalui penelitian para filosof.


B.       .ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN
Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu kegiatan manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Berdasarkan hakikat ilmu yang telah dipaparkan sebelumnya, kegiatan yang dinyatakan sebagai ilmu tidak bersifat tunggal, melainkan lebih dan saling menjalin dan membentuk proses. Sebagai pembeda rangkaian aktivitas yang disebut ilmu dengan serangkaian aktivitas biasa dapat dilihat dari sifat yang menyertai tindakan tersebut. Serangkaian aktivitas dapat dikatakan sebagai ilmu ketika diterapkan dengan prinsip.
Manjadi serangkaian aktifitas yang bersifat kognitif mengkonfirmasi bahwa ilmu dipraktikkan dengan kesadaran dan pengetahuan. Meminjam teori dari Jean Peaget, Psikolog Swiss, tentang konsep kecerdasan yang dalam hal ini berinterpretasi pada sifat kognitif, ilmu yang bersifat kognitif dapat dijabarkan sebagai aktivitas yang melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Kognitif yang bertalian dengan pengetahuan, pemahaman, dan tanggung jawab memperjelas kompleksitas rangkaian aktivitas ini sehingga dapat dikatakan ilmu.
Sedangkan Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistema mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal ihwal yang di selidikinya (alam, manusia dan juga agama) sejauh yang dapat di jangkau daya pemikiran manusia yang dibantu pengindraannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset, dan eksperimental.
Corak teleologis dalam ilmu, mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuan dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani suatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas manusiawi yang bertujuan, dan tujuan tersebut sesuai dengan masing-masing praktisi disiplin ilmu. Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masing-masing ilmuan.Terutama sekali dalam proses penelitian harus ada kata-kata kebenaran. dasar rasional, kognitif dan teleologis[1].
Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah.Maka, berdasarkan konsep di atas, jelaslah bahwa dengan kata teologi pada serangkaian aktivitas tersebut menggagaskan bahwa ilmu merupakan serangkaian aktivitas manusiawi yang memiliki tujuan tertentu. Tujuan apakah itu, akan tergantung dari setiap aplikan ilmu..
  Filsafat pada hakikatnya mempersoalkan hidup dan kehidupan manusia di dunia, misalnya apa arti hidup itu? Apa tujuan hidup itu? Apa ada kehidupan sebelum dan sesudah mati? Kodrat manusia selalu ingin tahu. Dorongan ingin tahu, dimanifestasikan melalui observasi, penelaahan dan penyelidikan-penyelidikan alam sekitarnya sesuai dengan kapasitas dan perkembangan alam pikirannya. Semakin tinggi tingkat kecerdasan individu atau kelompok manusia, semakin banyak rasa ingin tahunya dan semakin banyak pula persoalan-persoalan dan tantangan-tantangan dalam kehidupan.
Untuk menjawab bermacam-macam persoalan dan tantangan dalam kehidupan ini, lahirlah bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan seperti di atas.
Dari berbabgai ilmu pengetahuan yang berinduk dari filsafat termasuk pada garis besarnya dapat di kelompok kan menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
1.            Ilmu-ilmu alamiah (natural sciences), yang meliputi fisika, kimia, astronomi, biologi,botani dan sebagainya.
2.            Ilmu- ilmu sosial (social sciences), yang terdiri dari: sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, politik,sejarah, hukum dan sebagainya.
3.            Ilmu-ilmu budaya (humanities) yang terdiri dari: cinta kasih, agama,ilmu, budaya, kesenian, bahasa, kesusasteraan dan sebagainya.

C. .Ilmu alamiah dasar
Ilmu pengetahuan Alam merupakan ilmu teoritis yang didasarkan pada pengamatan dan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Fakta-fakta tentang gejala alam / gejala kebendaan di selidiki, dan di uji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen), kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah di rumuskan keterangan ilmiahnya (teorinya). Teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu di dasari oleh suatu hasil pengamatan.
Ilmu pengetahuan alam itu bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan suat ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitarnya, bulan, bintang dan matahari yang di pandanginya, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Rasa ingin tahu pada manusiaadalah merupakan karunia Allah kepada manusia, sebagai firman Allah kepada malaikat, bahwa Allah akan menciptakan seorang khalifah (Adam as ) dimuka bumi, kemudian Allah mengajarkan adam nama-nama seluruh ciptaanNya.
Rasa ingin tahu yang terus-menerus berkembang dan seolah-seolah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. hal ini tidak saja meliputi kebutuhan-kebutuhan praktis untuk hidupnya sehari-hari seperti bercocok tanam, atau membuat alat-alat berburu dan bertani.pengetahuan manusia berkembang sampai menyangkut keindahan dan teknologi.
Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan. Dengan demikian filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang mengkaji dasar dan hakekat ilmu untuk mencapai kebenaran dan kenyataan yang tidak akan  habis difikirkan dan tidak selesai diterangkan.
Filsafat ilmu memberikan kerangka dasar dalam berolah ilmu agar proses dan produk keilmuan yang dihasilkan tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah moral, etika dan kesusilaan.
Dengan berpikir, merupakan suatu bentuk kegiatan akal atau rasio manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujuaan untuk mencapai suatu kebenaran.
  Aktivitas berpikir adalah berdialog dengan diri sendiri dalam batin dengan manifestasinya yaitu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, manunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolang-golongkan, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalam pikiran, mecari kausalitasnya, mebahas secara realitas dan lain-lain.
Di dalam aktivitas berpikir itulah ditunjukkan dalam logika wawasan berpikir yang tepat atau ketepatan pemikrian/kebenaran berpikir yang sesuai dengan penggarisan logika yang disebut berpikir logis.
Agar supaya pemikiran dan penalaran kita dapat berdaya guna dengan membuahkan kesimpulan-kesimpulan yang benar, valid dan sahih, ada 3 syarat pokok yang harus dipenuhi :
  1) Pemikiran haruslah berpangkal pada kenyataan atau kebenaran,
  2) Alasan-alasan yang dikemukakan haruslah tepat dan kuat,
  3) Jalan pikiran haruslah logis.

D. .HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DAN PENELITIAN
            Dalam kaitannya dengan hubungan filsafat ilmu dan penelitian, terdapat tiga komponen dasar yang erat kaitannya dengan penelitian yaitu : ontologi, epistimologi, dan aksiologi.
Dalam pembahasan ontology, epistimologi dan aksiologi dikaitkan dengan lgika yang digunakan untuk pembuktian, baik mengenai kenyataan, kebenaran dan tingkat kepastian, dapat dikelompokkan menjadi dua aliran filsafat ilmu yaitu, empirisme dan rasionalisme/rasionalisme menghendaki kebenaran imperik logic, etik dan transcendental/metafisik, memunculkan logika fenomenologik.
Pada logika positivistic menghendaki perencanaan riset yang rigor/ketat,rinci, terukur, terkontrol dan penetapan data yang konkrit yang teramati, memunculkan jenis  penelitian kuantitatif.logika phenomenologik menhendaki perancanaan riset yang longgar dan luwes, sebab data yang dicari tidak pasti, sangat tergantung pada fenomena yang dijadikan sasaran risetnya, memunculkan jenis penelitian kualitatif.
A. Ontologi
            Sebagai komponen dasar filsafat, ontology memiliki obyek telaah yaitu yang ada. Studi tentang yang ada pada dataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas tentang yang ada yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal.
            Sedangkan yang merupakan obyek formal ontologi adalah hakekat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitaif, realita tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi telaah  monisme, paralenisme, atau  pluralisme. Bagi pendekatan kualitatif, realitas akan  tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idialisme, naturalisme atau hylomorphisme. Dalam hal ini ada tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu: abstraksi fisik, abstraksi bentuk dan abstraksi metafisik.        
B. Epistimolgi
            Istilah epistimologi berasal dari kata epiteme yang bebarti pengetahuan dan logos yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti teori. Secara etimologis, berarti teri pengetahuan. Epistimologi merupakan cabang filsafat yang mempersoalakan atau menyelidiki tentang asal, susunan, metode, serta kebenaran pengetahuan. Jadi epistimologi merupakan cabang atau bagian dari filsafat yang membahasa maslaah-masalah pengetahuan[8].
Epistimologi atau teori pengetahuan, membahas secara menadalam segenap proses yang terlihat alam usaha kita untuk memperoleh pengetauan. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalaui proses tertentu yang dinamakn  metode keilmuan.
Sebagai komponen dasar selanjutnya adalah epistimologi yaitu pembahasan tentang bagaimana cara memperoleh kebenaan ilmu pengetahuan. Bagaimana tata cara memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan ini dipengaruhi oleh ontologi yang dipilihnya. Epistimologi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu epistimologi subyektif dan epistimologi pragmatik. Epistimologi subyektif memberikan implikasi pada standar rasional tentang hal yang duyakini. Menggunakan standar rasional bearti bahwa sesuatu yang diyakinis benar.
            Sejarah mengatakan bahwa tokoh epistimologi prakmatig adalah Wiliams Jams dan juga Jhon Dewey yang menyarankan agar pencarian pada yang kekal hendaknya diganti dengan pencermatan realistik mengkritik ide palsu, diganti dengan pencermatan eksperimental dan empirik, menggunakan means mencari ins untuk selanjutnya menjadi means. Hal ini merupakan bukti bahwa ontology merupakan bagian penting dari filsafat.
            Dalam perjalanan keilmuan yang terjadi pada masa dahulu, membuktikan bahwa ilmuwan terdahulu menampilkan tesis dan teori yang secara berkelanjutan disanggah atau dimodifikasi atau diperkaya oleh ilmuwan berikutnya. Kebenaran-kebenaran yang ditampilkan berupa tesis atau teori yang bersifat kondisional sejauh medianya demikian, sampelnya itu, desainnya demikian dan seterusnya. Dengan demikian kebenaran yang diperoleh dengan cara kerja demikian adalah kebenaran epistimologik. Ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang dengan metodologi yang kita kenal sekarang ini lebih banyak menjangkau kebenaran epistimologik, belum menjangkau kebenaran subtantif hakiki, yang merupakan esensi dari keilmuan itu sendiri.
C. Aksiologi
            Komponen dasar selanjutnya dalam filsafat adalah aksiologi yaitu pembahasan tentang bentuk ilmu yang dihasilkan dari penelitian. Inipun dipengaruhi oleh ontologi yang digunakan. Ontologi yang memahami sesuatu itu tunggal penelitiannya jenis kuantitatif, maka ilmu yang dibentuknya disebut nomotetik dan bebas nilai (value).
            Menurut Scheler ada empat jenis values dalam aksiologi. Pertama,value sensual, dalam tampilan seperti menyenangkan dan tak menyenangkan. Kedua, nilai hidup seperti edel (agung) atau gemein (bersahaja). Ketiga, nilai kejiwaan seperti nilai estetis, nilai benar salah, dan nilai instrinsik ilmu. Keempat nilai religius, seperti yang suci, yang sakral. Dari telaah yang dilakukan oleh Scheler tentang etik kontras dengan Kant. Kant berbicara sollen (kemistisan), sedangkan Scheller memandang bahwa kemistisan itu sesuatu yang dibuat-buat.



BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
  Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah sesuai dengan tujuan dan fungsinya.Penelitian yang dilakukan dengan metode ilmiah disebut penelitian ilmiah. Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah
  Sedangkan kebenaran Ilmiah adalah kebenaran yang bersifat mutlak dengan pembuktian dengan melalui beberapa tahapan atau proses menuju pencapaian kebenaran tersebut.
Semua teori kebenaran itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia Uraian dan ulasan mengenai berbagai teori kebenaran di atas telah menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari berbagai teori kebenaran. Teori Kebenaran mempunyai Kelebihan Kekurangan Korespondensi sesuai dengan fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta Koherensi bersifat rasional dan Positivistik Mengabaikan hal-hal non fisik Pragmatis fungsional-praktis tidak ada kebenaran mutlak Performatif Bila pemegang otoritas benar, pengikutnya selamat Tidak kreatif, inovatif dan kurang inisiatif Konsensus Didukung teori yang kuat dan masyarakat ilmiah Perlu waktu lama untuk menemukan kebenaran.


B. .SARAN
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya, dan khusunya bagi kami pribadi. Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber acuan dalam ilmu pengetahuan tentang Ilmu sebagai aktivitas penelitian, mata kuliah ilmu filsafat.kami harafkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA
Abell,. George, Exploration of the UniverseNew York, Holt, Rinehart and Winston, 1969.
Garna, Judistira K., Ilmu-Ilmu Sosial: Dasar – Konsepsi – PosisiBandung, Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, 1996.
Drs. H. Rohiman NotowidagdoIlmu Budaya Dasar berdasarkanAl-Quran dan Hadist:  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002

H. Endang Saifuddin Anshari, M.A Ilmu, Filsafat dan Agama: Bandung: PT Bina Ilmu Offset, 1987

Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian : Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998

Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer  Jakarta: PT Pancaranintan Indahgraha, 2007



[1]Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu.Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan.

1 comment:

  1. Microgaming goes live with Bally's Live Casino
    Bally's Play live bet365 가상 축구 casino offers a rich mix of slots and live dealer games. The 사설 토토 사이트 live 먹튀재판소 casino 개집 왕 gaming floor now features dafabet 6,800 slot machines,

    ReplyDelete