Friday, July 29, 2016

Tafsir Muqarin (ilmu tafsir)


BAB I...
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Nabi Muhammad bukan hanya bertugas menyampaikan al-Qur’an melainkan sekaligus menjelaskannya kepada umat sebagaimana ditegaskan di dalam surat an-nahl ayat 44:
   
                                                                               وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ (النحل : 44)

Artinya :"Dan kami turunkan kepadamu al dikr agar kamu menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka."
Kecuali dari penafsiran nabi SAW. Ayat-ayat tertentu juga berfungsi menafsirakan ayat yang lain. Ada yang langsung ditunjuk oleh nabi bahwa ayat tersebut ditafsirkan oleh ayat lain (tafsir bil ma’tsur) dan ada pula yang ditunjuk oleh ulama berdasarkan ijtihad.
Dengan berkembangnya zaman, maka berkembang pula lah metode-metode yang digunakan oleh para mufasir dalam menafsirkan al-Qur’an, sehingga tidak bisa dihindari adanya perbedaan-perbedaan dikalangan mufasir dalam menafsiri suatu ayat yang sama.

2.      RUMUSAN MASALAH...
A.    Pengertian tafsir muqarin
B.     Metode tafsir muqarin
C.     Contoh tafsir muqarin

3.      TUJUAN
Kajian dalam makalah ini diorientasikan untuk memahami dasar-dasar metode penafsiran al-Quran secara komparatif (tafsir muqarin). Selanjutnya, kajian ini juga bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang cara menafsirkan ayat dengan ayat sehingga pembaca yang berkepentingan bisa mengambil manfaat dari pembahasan ini. Beberapa contoh dalam makalah ini akan memberikan deskripsi yang lebih jelas tentang aplikasi metode tafsir ini.




BAB II
PEMBAHASAN...

A.    Pengertian Metode Muqarin

Secara etimologis kata muqarin adalah merupakan bentuk isim al-fa’il dari kata qarana, maknannya adalah membandingkan antara dua hal. Jadi dapa dikatakan tafsir muqarin adalah tafsir perbandingan.
Secara terminologis adalah menafsirkan sekelompok ayat Al Qur’an atau suatu surat tertentu dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat, atau atara ayat dengan hadits, atau antara pendapat ulama tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari obyek yang dibandingkan.[1]
Pengertian tafsir menurut istilah ada berbagai pendapat para ulama, namun pada prinsipnya sama yakni saling melengkapi, sehingga dapat di simpulkan menjadi dua:

1.      Tafsir dalam arti sempit adalah menerangkan lafadz-lafadz ayat dan I’rabnya serta serta menerangkan segi-segi sastra susunan al-Qur’an dan isyarat-isyarat ilmiahnya.

2.      Tafsir dalam arti luas ialah menjelaskan petunjuk-petunjuk al-Qur’an dan ajaran-ajaran hukum-hukum dan hikmah Allah didalam mensyariatkan hukum-hukum kepada umat manusia dengan cara yang menarik hati,membuka jiwa, dan mendorong orang untuk mengikuti petunjuk-Nya. 

Sedangkan metode tafsir muqarin sendiri adalah suatu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara membandingkan ayat Al-Qur’an yang satu dengan yang lainnya, yaitu ayat-ayat yang mempunyai kemiripan redaksi dalam dua atau lebih kasus yang berbeda, dan atau yang memiliki redaksi yang berbeda untuk masalah yang sama dan atau membandingkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadis-hadis Nabi yang tampak bertentangan serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran Al-Qur’an kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-ayat itu dan mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi dan kecendrungan-kecendrungan masing-masing. Kemudian menjelaskan siapa diantara mereka yang penafsirannya dipengaruhi oleh perbedaan madzhab, dan siapa diantara mereka yang penafsirannya ditujukan untuk mendukung aliran tertentu dalam Islam di mana metode Muqarin ini menurut Ridlwan Nasir ditinjau dari segi cara penjelasannya terhadap tafsiran ayat-ayat Al-Qur’an. 


B.     Metode Tafsir Muqarin

Metode muqarin adalah suatu metode tafsir alquran yang dilakukan dengan cara membandingkan ayat-ayat al-quran yang satu dengan lainnya, atau membandingkan ayat-ayat alquran dengan hadis-hadis nabi Muhammad saw

...Metode at-tafsir al-muqarin mencakup tiga kelompok yaitu:

1.      Membandingkan teks (nas) ayat-ayat alquran dengan ayat lain yang mempunyai perbedaan atau persamaan dan kemiripan redaksi.
Mufassir membandingkan ayat alquran dengan ayat lain, yaitu ayat-ayat yang memiliki perbedaan redaksi dalam dua atau lebih masalah atau kasus yang sama; atau ayat-ayat yang memiliki redaksi mirip atau sama dalam masalah atau kasus yang (diduga) mempunyai perbedaan.[2] Bahwa objek kajian metode tafsir ini hanya terletak pada persoalan redaksi ayat-ayat alquran, bukan dalam bidang pertentangan makna.Jika yang akan dibandingkan itu memiliki kemiripan redaksi,maka langkah-langkah nya adalah sebagai berikut:
1.       Mengidentifikasi dan mengumpulkan ayat-ayat Al Qur’an yang redaksinya bermiripan, sehingga dapat diketahui mana ayat yang mirip dan mana ayat yang tidak mirip.
2.       Memperbandingkan antara ayat-ayat yang redaksinya bermiripan, memperbincangkan satu kasus yang sama, atau dua kasus yang berbeda dalam suatu redaksi yang sama.
3.       menganalisis perbedaan yang terkandung di dalam berbagai redaksi yang berbeda dalam menggunakan kata dan susunan dalam ayat.
4.       Memperbandingkan antara berbagai pendapat para mufasir tentang ayat yang dijadikan objek bahasan[3]

Contoh:
a.       Contoh penafsiran dengan cara membandingkan ayat-ayat alquran yang memiliki redaksi berbeda tapi maksudnya sama. Firman Allah swt.

ولا تقتلوا اولادكم من املاق نحن نرزقكم واياهم

Artinya: “janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin, kami yang akan memberi rezeki kepada kamu dan kepada mereka”
(Al-An’am:151)




ولا تقتلوا اولادكم خشية املاق نحن نرزقهم وايا كم

Artinya: “janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin, kami yang akan memberi rezeki kepada mereka dan kepada kamu”
(Al-Isra’:31).

Kedua ayat di atas menggunakan redaksi yang berbeda padahal maksudnya sama yakni sama-sama mengharamkan pembunuhan anak. Hanya saja sasarannya berbeda. Yang pertama, al-An’am: 151 khitab ditujukan kepada orang miskin atau fuqara; sedangkan ayat kedua al-Isra’: 31, arah pembicaraannya lebih ditujukan kepada orang-orang kaya. Dengan mendahulukan damir mukhatab (نرزقكم) dari damir ghaib (اياهم) memberikan pemahaman tentang khitab atau sasarannya adalah orang miskin, sedangkan mendahulukan damir gaib (نرزقهم) dari damir mukhatab (اياكم) memberikan Penafsiran bahwa sasarannya adalah orang kaya.


b.      Membandingkan ayat yang mirip tapi mempunyai maksud yang berbeda.
Contoh penafsiran tersebut adalah terdapat dalam surah al-Qasas dan surah Yasin.

وجاء رجل من اقصى المدينة يسعى قال يا موسى ان الملأ يأتمرون بك ليقتلوك فاخرج انى لك من الناصحين

Artinya: Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: “Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) karena sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu”. ( Q.S. Al-Qasas: 20)

وجاء من اقصى المدينة رجل يسعى قال يا قوم اتبعوا المرسلين

Artinya: dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu”. (Q.S. Yasin: 20)


Bila diamati dengan seksama, kedua ayat di atas tampak mirip redaksinya meskipun maksudnya berlainan. Pada ayat pertama, al-Qasas:20 mengisahkan peristiwa yang dialami nabi Musa as dan kejadiannya di Mesir; sedangkan surah Yasin: 20 berkenaan dengan kisah yang dialami penduduk sebuah kampung (ashab al-qaryah) di Inthaqiyah (Antochie), sebuah kota yang terletak disebelah utara Siria dan peristiwanya bukan pada masa nabi Musa as
2.      Membandingkan ayat alquran dengan matan Hadis
Perbandingan penafsiran dalam aspek ini terutama yang dilakukan adalah terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang tampak pada lahirnya bertentangan dengan hadits-hadits Nabi yang diyakini Shahih, hadits-hadits yang dinyatakan dhoif tidak perlu dibandingkan dengan Al Qur’an, karena level dan kondisi keduanya tidak seimbang. Hanya hadits yang shahih saja yang akan dikaji dalam aspek ini apabila ingin dibandingkan dengan ayat-ayat Al Qur’an. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.      Menghimpun ayat-ayat yang pada lahirnya tampak bertentangan dengan hadits-hadits Nabi, baik ayat-ayat tersebut mempunyai kemiripan redaksi dengan ayat-ayat lain atau tidak.
2.      Membandingkan dan menganalisis pertentangan yang dijumpai di dalam kedua teks ayat dan hadits
3.      Membandingkan antara berbagai pendapat para ’ulama tasir dalam menafsirkan ayat dan hadits.[4]
Contoh penafsiran dengan cara membandingkan ayat alquran dengan Hadis yang terkesan bertentangan padahal tidak. Sebagaiman terdapat dalam surah an-Nahl: 32 dengan Hadis riwayat Tirmizi.

ادخلوا الجنة بما كنتم تعملون

Artinya: “Masuklah kamu kedalam surga disebabkan apa yang telah kamu kerjakan” (Q.S an-Nahl: 32)


لن يدخل احدكم الجنة بعمله (رواه الترميذى)

Artinya: “tidak akan masuk seseorangpun diantara kamu ke dalam surga disebabkan perbuatannya.” (H.R. Tirmizi)

Antara ayat dengan Hadis terkesan ada pertentangan. Untuk menghilangkan pertentangan itu, al-Zarkasyi mengajukan dua cara.
Pertama, dengan menganut pengertian harfiah Hadis, yaitu bahwa orang-orang tidak masuk surga karena amal perbuatannya, akan tetapi karena rahmat dan ampunan tuhan. Akan tetapi, ayat di atas tidak disalahkan, karena menurutnya, amal perbuatan manusia menentukan peringkat surga yang akan dimasukinya. Dengan kata lain posisi seseorang dalam surga ditentukan perbuatannya .
Kedua, dengan menyatakan bahwa huruf ba’ pada ayat di atas berbeda konotasinya dengan yang ada pada Hadis tersebut. Pada ayat berarti imbalan sedangkan pada hadis berarti sebab.

3.      Membandingkan penafsiran mufassir dengan mufassir lain.
Apabila yang dijadikan objek pembahasan perbandingan adalah pendapat para ’ulama tafsir dalam menafsirkan suatu ayat, maka metodenya adalah:

1.      Menghimpun sejumlah ayat-ayat yang hendak dijadikan objek studi tanpa menoleh terhadap redaksinya itu mempunyai kemiripan atau tidak.
2.      Melacak berbagai pendapat ’ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut.
3.      Membandingkan pendapat-pendapat mereka untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan identitas dan pola berpikir dari masing-masing mufasir serta kecenderungan-kecenderungan dan aliran-aliran yang mereka anut.


C.    Kitab-kitab Tafsir Muqarin
Kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir al-muqarin sangat langka tidak seperti kitab-kitab lainnya, diantara kitab tafsir al-muqarin adalah:

1.      Durrat at-Tanzil wa Qurrat at-Ta’wil (mutiara at-Tanzil dan Kesejukan at-Ta’wil), karya al-Khatib al-Iskafi (w. 420 H / 1029 M)
2.      Al-Burhan fi Taujih Mutasyabih al-Quran (Bukti Kebenaran dalam Pengarahan Ayat-ayat Mutasyabih al-Quran), karya Taj al-Qarra’ al-Kirmani (w. 505 H / 1111 M)
3.      Al-Jami’ li Ahkam al-Quran (Himpunan Hukum-hukum al-Quran), karya al-Qurtubi (w. 671 H)





BAB III

PENUTUP
Kesimpulan...
Metode tafsir muqaran yaitu metode yang ditempuh seorang mufasir dengan cara mengambil sejumlah ayat al-Qur’an, kemudian mengemukakan penafsiran para mufasir terhadap ayat-ayat itu, dan mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan al-Qur’an. Menurut Al Farmawi tafsir muqaran ialah menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan apa yang telah ditulis oleh sejumlah mufasir.
Tafsir muqaran mempunya 4 metode, yaitu: Mengidentifikasi dan menghimpun ayat-ayat yang mirip, Perbandingan redaksi yang mirip, Analisis redaksi yang mirip, Perbandingan pendapat para mufasir.
Adapun kelebihan metode muqarin adalah sebagai berikut :
1)      Memberikan wawasan yang luas
2)      Membuka diri untuk selalu bersikap toleran
3)      Dapat mengetahui berbagai penafsiran
4)      Membuat mufasir lebih berhati-hati

Sedangkan kekurangan dari metode muqarin adalah sebagai berikut :
1.             Tidak cocok untuk pemula
2.             Metode ini kurang dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang tumbuh ditengah masyarakat. Hal ini disebabkan metode ini lebih mengutamakan perbandingan daripada pemecahan masalah.
3.             Menimbulkan kesan pengulangan pendapat para mufasir



Demikianlah makalah ini kami susun kami sadar dalam pembuatan makalah ini pasti ada kekurangannya. Untuk itu saran dan kritik selalu kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Abu al-Hayy Al-Farmawy,  Al-Bidayah Fi al-Tafsir al-maudhu’iy (Mesir : Maktabah al-Jumhuriyyah, 1977),  hlm.45.
Al-Suyuthy dalam kitabnya Al-Burhan fi Ulumil Qur’an membahas kajian ini dalam bahasan ilmu mutasyabih.
Nasrudin Baidah, Metodologi Penafsiran Al Qur’an (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), hlm.69
Kitab Karya Ibn Qutaibah Ta’wil Mukhtalifil Hadis


[1] Abu al-Hayy Al-Farmawy,  Al-Bidayah Fi al-Tafsir al-maudhu’iy (Mesir : Maktabah al-Jumhuriyyah, 1977),  hlm.45.
[2] Al-Suyuthy dalam kitabnya Al-Burhan fi Ulumil Qur’an membahas kajian ini dalam bahasan ilmu mutasyabih.
[3] Nasrudin Baidah, Metodologi Penafsiran Al Qur’an (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), hlm.69.
[4] Kitab Karya Ibn Qutaibah Ta’wil Mukhtalifil Hadis


No comments:

Post a Comment