BAB II
PEMBAHASAN
MUHKAM DAN MUTASYABIH
A.Pengertian Muhkam
Penyusun kitab al-Qamus
berkata,”Menguatkannya (ahkamahu) dan
meneguhkannya (atganahu) maka dia
menjadi kuat (istahkamahu) dan
mencegahnya dari kerusakan.Kata ahkama
seperti hakamahu hukman dan ketika
terkait dengan sebuah masalah artinya mengembalikan masalah itu.Hakama sama dengan mencegah (mana’a)”.1
Penulis kitab Lisan al-Arab berpendapat,”Aku menguatkan sesuatu (ahkamtu syay’a) maka dia menjadi kokoh:
kuat (watsuqa).Dikutid dari Zuhri bahwa
hakamtu terkadang berate ahkamtu.2
Dengan memperhatikan kedua sumber
bahasa di atas,maka kita bias mendapatkan tiga kesimpulan berikut dalam
etimologis ini.
1. Bahwasanya
muhkam terambil dari kata (mutasqun min) ahkama dan hakama.
2. Kata
hakama bias terkadang berarti ‘kuat’(watsuqa) dan ‘kokoh’ (atgana) yang memiliki makna ada-positif.
3. Kata
hakama juga bias berarti ‘mencegah
dari pengaruh kerusakan’,yang memiliki makna tiada-negatif.
Sebagian pengkaji Ulumul Quran
berusaha mengembalikan lema ihkam kepada
asal katanya yang bermacam-macam,seperti hukm,hikmah,hakama,ahkama,dan
lain-lain menjadi sebuah makna tubggak yang menyatukan semuanya
yaitu’mencegah’(al-man’u).3
Akan tetapi,makna terdekat dari
kata al-ihkam adalah makna
ada-positif yaitu’kokoh dan kuat’,sebagaimana yang disinggung para ahli bahasa
ketika menafsirkan asal entri ini.”Tercegah dari pengaruh kerusakan’bisa jadi
adalah makna niscaya dari makna positif ini (itqan) yang penggunaannya bias digunakan dalam bentuk majas.
B. MUTASYABIH
Penyusunan al-Qamus mengatakan,”Asyibhu (dengan
kasrah) artinya mitsl (serupa,sama,mirip),
jamaknya adalah asybah.Kata syabaha-hu dan asybaha-hu sama dengan matasala-hu.Tasyabaha,
Isytabaha sama dengan asyabaha
(mirip,serupa,sama) satu dengan yang lain sehingga menjadi kabur,tercampur.
Hal-hal musyabitaun wa musyabahatun (wazan atau format katanya –penerj.)seperti
mu’adhammatun sama dengan musykilatun (yang rumit). Syubaha ‘alayhi al-amr tasybihan sama
dengan labbisa ‘alayh (perkara itu menjadi samar). Di dalam al-Quran,
penyebutan kata al-muhkamat
(digandengkan-penerj.) dengan mutasyabihat.4
Dengan memperhatikan penjelasan
diatas,dapat disimpulkan bahwa:
1.
Bahwa
Syabaha-hu dan asyabaha-hu artinya
matasala-hu, (menyerupakannya) tetapi
keduanya menunjukkan adanya satu sifat pada kedua sisinya.Hal ini seperti dalam
format kata mufa’alah.
2. Syibh itu
terkandung berarti matsal (tipe.contoh,model).
Ini adalah makna wujudi yang mempunyai karakter objektif, namun pada saat yang
bersamaan kadang-kadang suka diletakkan untuk sesuatu yang dapat karakter
objektif di alam ide,bahkan kadang-kadang dimaksudkan sebagai spesies (naw’un) mumatsalah (persamaan,analogi,qiyas)
yang dapat menimbulkan kekeliruan,kesamaran,kerancuan,ambiguitas,seperti yang
dikatakan olen penyusun al-Qamas tadi
(Tasyabaha dan isytabaha asyabaha kullun minhuma al-akharu hatta iltabasa yaitu Tasybaha dan Isytabaha artinya satu ‘sama lain saling mirip sehingga menjadi
tersamar’).
B. AL-QURAN: Muhkam dan Mutasyabih
Disebutkan
di dalam ayat al-Quran,bahwa semua ayat al-Quran adalah muhkam:
(alif lam ra kitabun uhkimat ayatuhu tsumma fushilat)
artinya:Aliflam ra,(inilah) suatu yang di muhkamkan aya-ayatnya serta
dijelaskan secara terperinci.’
Sebagian
mengatakan tentang firman Allah Swt:
Alif lam ra, tilka ayatul kitab al-hakim.Hakim
disini berarti muhkam.Sementara itu,di ayat lain di terangkan bahwa semua ayat
al-Quran adalah mutasyabih,
Allahu nazzala
ahsanal hadis kitaban mutasyabih al-matsani,artinya,Allah telah menurunkan
perkataan yang paling baik,yaitu al-Quran yang mutasyabih dan berulang-ulang.
Di samping kedua katagori keterangan tadi,terdapat juga
penjelasan lain yang disebutkan di dalam al-Quran bahwa sebagian ayatnya adalah
muhkam dan sebagian ayat lain adalah mutasyabih,seperti yang ada dalam surah
Ali Imran ayat 7:
Dialah
yang menurunkan kitab (al-quran) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada
ayat-ayat yang muhkamat,itulah pokok-pokok kitab (al-Quran) dan yang lain
mutasyabih.Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan,mereka
dan untuk mencari-cari takwilnya,padahal tidak ada yang mengetahi takwilnya
kecual Allah dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata,”kami beriman
kepadanya (al-quran), semuanya dari sisi Tuhan kami. Tidak ada yang dapat
mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.”
Kita bias menyimpulkan seluruh
pendapat dengan menyaring pendapat-pendapat yang
terseleksi sebagai berikut,
1. Ayat
mutasyabih itu harus memilki makna-makna zhahir yang jelas dalam makna bahasa
tertentu dan fefinitif dengan dalil petunjuk (qarinah) frase ayat, mereka
mengikuti yang mutasyabihat.
2. Makna
yang dikandung ayat mutasyabih bukan makna yang batil secara bahasa tetapi
benar dan tepat.Fitnah dan condong kepada kesesatan itu disebabkan ada upaya
untuk menjelmakan maksud ayat itu dalam bentuk yang batil.
3. Kesamaran,kehancuran,keraguan,ambivalensi,dan
ambiguitas itu dalam maknanya sendiri karena ia membatasi gambaran makna dalam
mewujudkan makna itu tetapi bukan kesamaran antara lafazh dan makna sedangkan
muhkam adalah kebalikan dari mutasyabih,yaitu maknanya mapan dan rujukannya
konkret sehingga diterima oleh hati scara penuh dengan tidak meragukan lagi.
Maka,makna ayat-ayat al-Quran yang mana saja:
1. Jika
kita ragu mengenai makna dan rujukan realnya,maka itulah makna mutasyabih dan
ayat- ayat muasyabih.
2. Namun,jika
kita tidak meragukan makna dan maksudnya,maka itulah makna muhkam dan ayat yang
mewadahinya disebut ayat-ayat muhkam.
C.
Hikmah Adanya Mutasyabih
1. mengetahuisifatmanusiasebagaimakhluk
yang
mempunyaipilihanbebas,berakaldandibebaskantugas,tidaksepertihewantidakberakal,ataubendamati
yang tidakbergerak,jugatidaksepertimalaikat yang di
ciptakanscarafitrahuntuktaatsecaraotomatistanpapilihandaridirinyadanmakhluksepertimanusiainiseharusnyamenggunakankekutannyadanpotensiakalnya.
2. Mengetahuisifat
agama sertasifatbebanagama,yaitumemberikanbeban yang
mengandungcapaidankesuiltan.karenaiabersifatmembersihkandanmemolesmansia di
duniainidanmempersiapkannyauntukhidupkekal di akhirat,sertamenyiapkanbalasandanpahalaataskesulitandan
rasa capai yang dirasakanmanusia.
3. Mengetahuikarakterislam
yang
membidikparaulilalbab,danberkehendakmenggerakkanakalmerekauntukmencaridanberusaha,belajardanmenyimpulkan,dantidaksantaidanbermalas-malasanuntukmenggunakanakalnya.
4. Mengetahuikaraktermanusiadankeberagamanmacamnya,ada
yang cenderungscripturalis yang hanyamemerhatikanzahirnash,ada yang
memberiperhatiankhususpadaruhnash,dantidakskadarmelihatzahirnash,ada yang
menerimaapaadanya,ada yang berusahamenakwilkan,ada yang cenderungrasionalis da
nada yang cenderung esoteric dannash al-Quran
ditunjukkankepadamanusiaseluruhnya,makahikmah Allah SWT
berkehendakuntukmenjadikanredaksikitab-Nyamerangkumdanmenyentuhmerekasemua,danmenyiapkanpenjelasandanpetunjuk
yang dapatmenuntunmerekamenujukebenaran,namunsetelahmerekamengkajidanberusahakeras,sehinggamerekameningkatkemanusiaannya
di dunia,danmendapatkanbalasandanpahala di akhrat,wallahua’lam.
No comments:
Post a Comment