Friday, July 29, 2016

MUHKAM DAN MUTASYABIH



BAB II
PEMBAHASAN
MUHKAM DAN MUTASYABIH

A.Pengertian Muhkam
Penyusun kitab al-Qamus berkata,”Menguatkannya (ahkamahu) dan meneguhkannya (atganahu) maka dia menjadi kuat (istahkamahu) dan mencegahnya dari kerusakan.Kata ahkama seperti hakamahu hukman dan ketika terkait dengan sebuah masalah artinya mengembalikan masalah itu.Hakama sama dengan mencegah (mana’a)”.1
Penulis kitab Lisan al-Arab berpendapat,”Aku menguatkan sesuatu (ahkamtu syay’a) maka dia menjadi kokoh: kuat (watsuqa).Dikutid dari Zuhri bahwa hakamtu terkadang berate ahkamtu.2
Dengan memperhatikan kedua sumber bahasa di atas,maka kita bias mendapatkan tiga kesimpulan berikut dalam etimologis ini.
1.      Bahwasanya muhkam terambil dari kata (mutasqun min) ahkama dan hakama.
2.      Kata hakama bias terkadang berarti ‘kuat’(watsuqa) dan ‘kokoh’ (atgana) yang memiliki makna ada-positif.
3.      Kata hakama juga bias berarti ‘mencegah dari pengaruh kerusakan’,yang memiliki makna tiada-negatif.
Sebagian pengkaji Ulumul Quran berusaha mengembalikan lema ihkam kepada asal katanya yang bermacam-macam,seperti hukm,hikmah,hakama,ahkama,dan lain-lain menjadi sebuah makna tubggak yang menyatukan semuanya yaitu’mencegah’(al-man’u).3
Akan tetapi,makna terdekat dari kata al-ihkam adalah makna ada-positif yaitu’kokoh dan kuat’,sebagaimana yang disinggung para ahli bahasa ketika menafsirkan asal entri ini.”Tercegah dari pengaruh kerusakan’bisa jadi adalah makna niscaya dari makna positif ini (itqan) yang penggunaannya bias digunakan dalam bentuk majas.
B. MUTASYABIH
Penyusunan al-Qamus mengatakan,”Asyibhu (dengan kasrah) artinya mitsl (serupa,sama,mirip), jamaknya adalah asybah.Kata syabaha-hu dan asybaha-hu sama dengan matasala-hu.Tasyabaha, Isytabaha sama dengan asyabaha (mirip,serupa,sama) satu dengan yang lain sehingga menjadi kabur,tercampur. Hal-hal musyabitaun wa musyabahatun (wazan atau format katanya –penerj.)seperti mu’adhammatun sama dengan musykilatun (yang rumit). Syubaha ‘alayhi al-amr tasybihan sama dengan labbisa ‘alayh (perkara itu menjadi samar). Di dalam al-Quran, penyebutan kata al-muhkamat (digandengkan-penerj.) dengan mutasyabihat.4
Dengan memperhatikan penjelasan diatas,dapat disimpulkan bahwa:
1.      Bahwa Syabaha-hu dan asyabaha-hu artinya matasala-hu, (menyerupakannya) tetapi keduanya menunjukkan adanya satu sifat pada kedua sisinya.Hal ini seperti dalam format kata mufa’alah.
2.      Syibh itu terkandung berarti matsal (tipe.contoh,model). Ini adalah makna wujudi yang mempunyai karakter objektif, namun pada saat yang bersamaan kadang-kadang suka diletakkan untuk sesuatu yang dapat karakter objektif di alam ide,bahkan kadang-kadang dimaksudkan sebagai spesies (naw’un) mumatsalah (persamaan,analogi,qiyas) yang dapat menimbulkan kekeliruan,kesamaran,kerancuan,ambiguitas,seperti yang dikatakan olen penyusun al-Qamas tadi (Tasyabaha dan isytabaha asyabaha kullun minhuma al-akharu hatta iltabasa yaitu Tasybaha dan Isytabaha artinya satu ‘sama lain saling mirip sehingga menjadi tersamar’).

B. AL-QURAN: Muhkam dan Mutasyabih
            Disebutkan di dalam ayat al-Quran,bahwa semua ayat al-Quran adalah muhkam:
(alif lam ra kitabun uhkimat ayatuhu tsumma fushilat) artinya:Aliflam ra,(inilah) suatu yang di muhkamkan aya-ayatnya serta dijelaskan secara terperinci.’
            Sebagian mengatakan tentang firman Allah Swt:
Alif lam ra, tilka ayatul kitab al-hakim.Hakim disini berarti muhkam.Sementara itu,di ayat lain di terangkan bahwa semua ayat al-Quran adalah mutasyabih,
Allahu nazzala ahsanal hadis kitaban mutasyabih al-matsani,artinya,Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik,yaitu al-Quran yang mutasyabih dan berulang-ulang.
           
            Di samping  kedua katagori keterangan tadi,terdapat juga penjelasan lain yang disebutkan di dalam al-Quran bahwa sebagian ayatnya adalah muhkam dan sebagian ayat lain adalah mutasyabih,seperti yang ada dalam surah Ali Imran ayat 7:
Dialah yang menurunkan kitab (al-quran) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat,itulah pokok-pokok kitab (al-Quran) dan yang lain mutasyabih.Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan,mereka dan untuk mencari-cari takwilnya,padahal tidak ada yang mengetahi takwilnya kecual Allah dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata,”kami beriman kepadanya (al-quran), semuanya dari sisi Tuhan kami. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.”

Kita bias menyimpulkan seluruh pendapat dengan menyaring pendapat-pendapat yang
terseleksi sebagai berikut,
1.      Ayat mutasyabih itu harus memilki makna-makna zhahir yang jelas dalam makna bahasa tertentu dan fefinitif dengan dalil petunjuk (qarinah) frase ayat, mereka mengikuti yang mutasyabihat.
2.      Makna yang dikandung ayat mutasyabih bukan makna yang batil secara bahasa tetapi benar dan tepat.Fitnah dan condong kepada kesesatan itu disebabkan ada upaya untuk menjelmakan maksud ayat itu dalam bentuk yang batil.
3.      Kesamaran,kehancuran,keraguan,ambivalensi,dan ambiguitas itu dalam maknanya sendiri karena ia membatasi gambaran makna dalam mewujudkan makna itu tetapi bukan kesamaran antara lafazh dan makna sedangkan muhkam adalah kebalikan dari mutasyabih,yaitu maknanya mapan dan rujukannya konkret sehingga diterima oleh hati scara penuh dengan tidak meragukan lagi.

Maka,makna ayat-ayat al-Quran yang mana saja:
1.      Jika kita ragu mengenai makna dan rujukan realnya,maka itulah makna mutasyabih dan ayat-    ayat muasyabih.
2.      Namun,jika kita tidak meragukan makna dan maksudnya,maka itulah makna muhkam dan ayat yang mewadahinya disebut ayat-ayat muhkam.
C. Hikmah Adanya Mutasyabih
1.      mengetahuisifatmanusiasebagaimakhluk yang mempunyaipilihanbebas,berakaldandibebaskantugas,tidaksepertihewantidakberakal,ataubendamati yang tidakbergerak,jugatidaksepertimalaikat yang di ciptakanscarafitrahuntuktaatsecaraotomatistanpapilihandaridirinyadanmakhluksepertimanusiainiseharusnyamenggunakankekutannyadanpotensiakalnya.
2.      Mengetahuisifat agama sertasifatbebanagama,yaitumemberikanbeban yang mengandungcapaidankesuiltan.karenaiabersifatmembersihkandanmemolesmansia di duniainidanmempersiapkannyauntukhidupkekal di akhirat,sertamenyiapkanbalasandanpahalaataskesulitandan rasa capai yang dirasakanmanusia.
3.      Mengetahuikarakterislam yang membidikparaulilalbab,danberkehendakmenggerakkanakalmerekauntukmencaridanberusaha,belajardanmenyimpulkan,dantidaksantaidanbermalas-malasanuntukmenggunakanakalnya.
4.      Mengetahuikaraktermanusiadankeberagamanmacamnya,ada yang cenderungscripturalis yang hanyamemerhatikanzahirnash,ada yang memberiperhatiankhususpadaruhnash,dantidakskadarmelihatzahirnash,ada yang menerimaapaadanya,ada yang berusahamenakwilkan,ada yang cenderungrasionalis da nada yang cenderung esoteric dannash al-Quran ditunjukkankepadamanusiaseluruhnya,makahikmah Allah SWT berkehendakuntukmenjadikanredaksikitab-Nyamerangkumdanmenyentuhmerekasemua,danmenyiapkanpenjelasandanpetunjuk yang dapatmenuntunmerekamenujukebenaran,namunsetelahmerekamengkajidanberusahakeras,sehinggamerekameningkatkemanusiaannya di dunia,danmendapatkanbalasandanpahala di akhrat,wallahua’lam.










No comments:

Post a Comment