Sunday, January 7, 2018

Kepemimpinan (ADM) Administrasi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Menurut kodrat dan irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Nabi Adam yang diciptakan oleh Allah sebagai manusia yang pertama dan diturunkan ke Bumi, ia ditugasi sebagai khalifah di muka bumi ini. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Baqarah: 30 yang berbunyi “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat”: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Dan di dalam sebuah hadist Rasulullah SAW  juga telah bersabda yang artinya: “Kalian semua adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya”.
Dari penjelasan al-qur’an dan al-Hadist di atas jelaslah bahwa manusia telah dikarunia sifat dan sekaligus tugas sebagai seoang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk atau panduan untuk umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta kompleks persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya pengelolaan pendidikan yang baik, yang di dalamnya diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari kepemimpinan?
2.      Bagaimana gaya kepemimpinan?
3.      Apa saja pendekatan kepemimpinan?

C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui definisi dari kepemimpinan.
2.      Untuk mengetahui Gaya kepemimpinan.
3.      Untuk mengetahui pendekatan kepemimpinan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tefinisi Kepemimpinan
Sebelum membahas definisi dari kepemimpinan, terlebih dahulu kita harus mengetahui defenisi dari pemimpin. Pemimpin yang dalam bahasa inggrisnya leader adalah orang yang membawahi para pekerja dalam suatu organisasi. Pemimpin memiliki orang-orang yang dipimpin. Pemimpin diartikan pula sebagai orang yang mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan suatu organisasi.
Pemimpin adalah subjek atau pelaku dari unsur-unsur yang terdapat dalam kepemimpinan, yaitu adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan pemegang tanggung jawab utama bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya.[1]
Sedangkan kepemimpinan adalah proses pelaksanaan tugas dan kewajiban pemimpin. Kepemimpinan mereupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggung jawabnya secara moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya. Dalam lembaga pendidikan, misalnya, sekolah dipimpin oleh kepala sekolah yang mendelegasikan kepemimpinanannya kepada wakil kepala sekolah atau pejabat lainnya yang berada di bawahnya.  
Dalam Pancasila sila keempat dikatakan bahwa “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.” Dari sila tersebut, secara filosofis, dapat diambil suatu konsep kepemimpinan yang Indonesiawi, yaitu sebagai berikut[2]:
1.      Kepemimpinan yang dibangun oleh kecerdasan filosofis para pemimpin. Kecerdasan filosofis adalah pandai menemukan hikmah dari setiap penyelenggaraan organisasi, terlebih lagi suatu Negara.
2.      Kepemimpinan yang menetapkan pengambilan keputusan dengan nilai-nilai kebijaksanaan, artinya memberikan kemaslahatan  bagi seluruh kepentingan bangsa dan Negara, kebijaksanaan yang memaslahatkan anggota suatu organisasi yang dipimpinnya.
3.      Kepemimpinan yang berprinsip pada nilai-nilai demokrasi, yaitu melaksanakan musyawarah dalam pengambilan keputusan dan tidak menganut kepemimpinan otoriter.
4.      Kepemimpinan yang pandai memilih wakil-wakilnya untuk diberi wewenang, tugas, dan kewajiban daam menjalankan roda organisasi.
Dengan konsep kepemimpinan tersebut, arti kepemimpinan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Prajudi Atmosudirjo dalam Ngalim Purwanto mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang untuk mencontoh atau yang memancarkan suatu pengaruh tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang bersedia untuk melakukan apa yang dikehendakinya.[3]
1.      Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai penyebab dari berbagai kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau sikap (mental/fisik) dari kelompok orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
2.      Kepemimpinan adalah suatu seni, kesanggupan (ability) atau teknik untuk membuat sekelompok bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut dalam organisasi  informal untuk menaati segala yang dikehendaki.
3.      Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang tertentu, melalui human relations dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut, orang-orang tersebut bersedia untuk bekerja sama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Berdasarkan pandangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kumpulan dan sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka bersedia dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadannya dengan rela, semangat, gembira, serta merasa tidak terpaksa.[4]

B.     Gaya Kepemimpinan
Fungsi pemimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan secara koperatif di antara para pengikut dan pada saat yang sama menyediakan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka.
Sejumlah ahli teori kepemimpinan menekankan style dari pemimpin yang efektif, yaitu berkisar pada kepemimpinan dengan Gaya partisipatif, nonpartisipatif, otokratik, demokratik, atau laissez-faire.[5]
Menurut Sondang P.Siagian[6], ada empat Gaya kepemimpinan, yaitu:
1.      Gaya kepemimpinan otokratis
2.      Gaya kepemimpinan militeristis
3.      Gaya kepemimpinan paternalistis
4.      Gaya kepemimpinan demokratis.

1.      Gaya Otokratis
Pemimpin otokratis adalah pemimpin yang memiliki wewenang  (authority) tunggal.
Ciri-ciri pemimpin yang bergaya otokratis adalah :
a.       Menjadikan organisasi sebagai milik pribadi,
b.      Menetapkan tujuan pribadi dengan tujuan organis,
c.       Memandang bawahan sebagai alat yang tidak berdaya,
d.      Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat,
e.       Bergantung pada kekuasaan formal yang dimilikinya, dan
f.       Memimpin dengan cara paksa.

2.      Gaya Militeristis
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut:
a.       Instruksional,
b.      Pangkat dan jabatan menjadi alat utama memaksa anak buahnya untukn melaksanakan tugas,
c.       Serba formalistik,
d.      Disiplin yang kaku,
e.       Tertutup bagi kritik,
f.       Formal seremonial yang pelaksanaan tugas.

3.      Gaya Paternalistik
Memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a.       Menyepelekan kemampuan anak buah,
b.      Over protective, terlalu memanjakan anak buah dan terlalu melindungi,
c.       Tertutup bagi pengembangan kaderisasi,
d.      Mahatahu, jadi anak buah belum banyak tahu,
e.       Close management bagi anak buahnya.
f.       All handle untuk seluruh rencana kerja.

4.      Gaya yang Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan gaya kepemimpinan modernis dan partisipatif. Dalam pelaksanaan kepemimpinan semua anggota diajak berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk mencapai tujuan organisasi. Gaya demokratis adalah kebalikan dari gaya otokratis. Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Pengembangan sumber daya dan kreativitas karyawan,
b.      Pengembangan partisipatif karyawan,
c.       Musyawarah dan mufakat,
d.      Kaderisasi yang sistematis,
e.       Pendelegasian normative yang konstruktif,
f.       Regenerasi kepemimpinan.

Kepemimpinan yang baik adalah suatu kepemimpinan yang menunjukkan kombinasi antara hubungan pemimpin dan anggota yang baik dengan tugas-tugas yang teratur dan terstruktur, dan kedudukan kekuasaan yang tinggi yang dimiliki oleh pemimpin. 

C.    Pendekatan Kepemimpinan
Hampir seluruh penelitian kepemimpinan dapat dikelompokkan kedalam empat macam pendekatan, yaitu:

1.      Pendekatan menurut pengaruh kewibawaan (power influence approach)
Pendekatan ini mengatakan bahwa keberhasilan pemimpin dipandang dari segi sumber dan terjadinya sejumlah kewibawaan yang ada pada para pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan kewibawaan tersebut kepada bawahan. Pendekatan ini menekankan sifat timbal balik, proses saling mempengaruhi dan pentingnya pertukaran hubungan kerja sama antara para pemimpin dengan bawahan.

2.      Pendekatan sifat (trait approach)                                                          
Keberhasilan atau kegagalan seseorang pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi seorang pemimpin. Sifat-sifat itu ada pada seseorang karena pembawaan dan keturunan. Jadi, seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Banyak ahli yang telah berusaha meneliti dan mengemukakan pendapatnya mengenai sifat-sifat baik manakah yang diperlukan bagi seorang pemimpin agar dapat sukses dalam kepemimpinannya.
Ghizeli dan Stogdil misalnya mengemukakan adanya lima sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin, yaitu: kecerdasan, kemampuan mengawasi, inisiatif, ketenangan diri, dan kepribadian. Selain itu, dari hasil studi pada tahun 1920-1950, diperoleh kesimpulan adanya tiga macam sifat pribadi seorang pemimpin meliputi ciri-ciri fisik, kepribadian, dan kemampuan atau kecakapan. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan pendekatan sifat, keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadi, melainkan ditentukan pula oleh kecakapan atau keterampilan (skills) pribadi pemimpin.

3.      Pendekatan perilaku (behaviour approach)                                              
Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin. Sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam kegiatan sehari-hari, dalam hal bagaimana cara pemimpin itu memberi perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan pengawasan, cara membina disiplin kerja bawahan, cara menyelenggarakan dan memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan dan sebagainya.

4.      Pendekatan situasional (situational approach)                                        
Pendekatan situasional biasa disebut dengan pendekatan kontingensi. Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga tidak hanya bergantung atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja. Tiap organisasi atau lembaga memiliki ciri-ciri khusus dan unik. Bahkan organisasi atau lembaga yang sejenispun akan menghadapi masalah yang berbeda karena lingkungan yang berbeda, semangat, watak dan situasi yang berbeda-beda ini harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda pula.
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan antara lain: 
1.      sifat pribadi pemimpin, 
2.      sifat pribadi bawahan, 
3.      sifat pribadi sesama pemimpin, 
4.      struktur organisasi, 
5.      tujuan organisasi, 
6.      motivasi kerja, 
7.      harapan pemimpin maupun bawahan, 
8.      pengalaman pemimpin maupun bawahan, 
9.      adat,
10.  kebiasaan
11.  budaya lingkungan kerja dan lain sebagainya
Pendekatan kontingensi menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi. Teori ini bukan hanya penting bagi kompleksitas yang bersifat interaktif dan fenomena kepemimpinan tetapi turut membantu para pemimpin yang potensial dengan konsep-konsep yang berguna untuk menilai situasi yang bermacam-macam dan untuk menunjukkan perilaku kepemimpinan yang tepat berdasarkan situasi.



                                                 BAB III
                                                           PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kepemimpinan adalah proses pelaksanaan tugas dan kewajiban pemimpin. Kepemimpinan mereupakan sifat dari pemimpin dalam memikul tanggung jawabnya secara moral dan legal formal atas seluruh pelaksanaan wewenangnya yang telah didelegasikan kepada orang-orang yang dipimpinnya.
Ada empat gaya kepemimpinan, yaitu: (1) Gaya kepemimpinan otokratis, (2) Gaya kepemimpinan militeristis, (3) Gaya kepemimpinan paternalistis (4) Gaya kepemimpinan demokratis.
Dan pendekatan kepemimpinan juga ada empat, yaitu : (1) Pendekatan menurut pengaruh kewibawaan (power influence approach), (2) Pendekatan sifat (trait approach), (3) Pendekatan perilaku (behaviour approach), (4) Pendekatan situasional (situational approach).            

B.     Saran   
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri. Semoga dengan adanya makalah ini, bisa membantu menambah wawasan kita  dalam pembahasan tentang kepemimpinan.                                                                                                                        


                                   DAFTAR PUSTAKA

                 Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2009. 
                 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: CV. Alfabeta, 2012.



[1] Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2009), hal. 247
[2] Ibid h. 251
[3] Ibid h. 251
[4] Ibid h. 252
[5] Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabeta, 2012), hal. 151
[6] Hikmat, Manajemen Pendidikan…, hal. 254.

No comments:

Post a Comment