Thursday, January 18, 2018

How to unlock Xana Don't Stop Now, No more Acrimor, Figh Fire with Fire Achievement Blade and Soul NA

How to unlock xana don't Stop Now Achievement: Please watch this video below:





How to unlock No More Acrimor Achievement: Please watch this video below:





How to unlock Fight Fire With Fire Achievement : Please watch this video below:





# Exhange 200 Draken Cores for accessories legend in Zaewei (Silverfrost Mountains Map)

Wednesday, January 10, 2018

Pengantar Metodologi Study Islam ,Hubungan Metodologi Study Islam dengan agama-agama di dunia



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sangat komplek. Sehingga dalam memahaminya pun dibutuhkan cara yang tepat agar dapat tercapai suatu pemahaman yang utuh tentang Islam. Di Indonesia sejak Islam masuk pertama kali sampai saat ini telah timbul berbagai macam pemahaman yang berbeda mengenai Islam. Sehingga dibutuhkanlah penguasaan tentang cara-cara yang digunakan dalam memahami Islam.
Pendidikan islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial yang membawa penganutnya pada pemelukan dan pengaplikasian Islam secara Komprehensif. Agar penganutnya mampu memikul amanat yang dikehendaki Allah, pendidikan Islam harus kita maknai secara rinci. Karena itu, keberadaan referensi atau sumber pendidikan Islam harus merupakan sumber utama Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur’an dan Hadits.[1]
Maka, dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas mengenai metodologi serta beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi studi islam.

B.  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1.      Pengantar Metodologi Study Islam ?
2.      Hubungan Metodologi Study Islam dengan agama-agama di dunia ?

C.  Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui Pengantar Metodologi Study Islam.
2.      Untuk mengetahui Hubungan Metodologi Study Islam dengan agama-agama di dunia.



BAB II
PEMBAHASAN
PENGANTAR METODOLOGI STUDY ISLAM

A.  Pengertian Metode, Metodologi, dan Study Islam
Metodologi berasal (etimologi) dari bahasa Yunani, yaitu metodos berarti “cara atau jalan” dan logos yang berarti ilmu. Dari kedua suku kata itu, metodologi berarti ilmu tentang jalan atau cara, untuk memudahkan pemahaman tentang Metodologi, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian Metode. Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem tentang prosedur dan teknik riset. Metode Study Islam dapat di definisikan sebagai urutan kerja yang sistematis, terencana, dan merupakan hasil eksperimen ilmiah guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Lalu, yang dimaksud metodologi sendiri berarti ilmu tentang cara-cara yang digunakan manusia untuk sampai pada tujuannya. Metodologi adalah cara-cara yang digunakan manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau kebenaran. Metodologi disebut pula sebagai science of methods yaitu ilmu yang membicarakan cara, jalan, atau petunjuk praktis dalam penelitian, sehingga metodologi membahas konsep teoritik berbagai metode, yang pada intinya metode studi Islam mengarah pada cara pandang manusia untuk melihat islam dari berbagai aspek.
Studi Islam sangat penting karena sangat berperan dalam masyarakat. Studi Islam bertujuan untuk mengubah pemahaman dan penghayatan keIslaman mayarakat inter dan antar agama. Adapun perubahan yang diharapkan adalah formalisme kepahaman menjadi sebuah substantive keagamaan dan sikap enklusifisme menjadi sikap universalisme.
Secara garis besar, tujuan studi Islam adalah mempelajari secara mendalam tentang hakikat Islam, sebagaimana posisinya dengan agama lain, dan bagaimana hubungannya dengan dinamika perkembangan yang terus berlangsung.
Masih terdapat perdebatan di kalangan para ahli apakah studi islam dapat dimasukkan kedalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat-sifat dan karakteristik antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda. Pembahasan disekitar masalah ini banyak dikemukakan oleh para pemikir Islam belakangan ini, misalnya jika penyelenggaraan dan penyampaian studi Islam hanya mendengarkan dakwah keagamaan di dalam kelas lalu apa bedanya dengan kegiatan pengajian dan dakwah yang sudah ramai diselenggarakan di luar bangku kuliah? Sehingga, pangkal tolak kesulitan pengembangan wilayah kajian studi Islam berakar pada kesukaran seorang agamawan untuk membedakan antara yang normativitas dan historisitas. Pada dataran normativitas kelihatan Islam kurang pas untuk dikatakan sebagai disiplin ilmu, sedangkan untuk dataran historisitas tampaknya tidaklah salah. Dengan demikian secara sederhana dapat dikatakan bahwa dari segi normative sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan Hadist, maka Islam lebih merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya, padigma ilmu pengetahuan, yaitu pradigma analitis, kritis, metodologis, histories, dan empiris.
Studi Islam mempelajari secara mendalam terhadap sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis serta aktualisasinya sepanjang sejarah. Studi ini berdasar kepada asumsi bahwa agama Islam adalah agama samawi terakhir yang membawa ajaran yang bersifat final, dan mampu memecahkan persoalan kehidupan manusia, menjawab tantangan, dan senantiasa actual sepanjang masa. Studi Islam mempelajari secara mendalam terhadap pokok isi ajaran Islam yang asli, dan bagaimana operasionalisasi dalam pertumbuhan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarah. Studi Islam mempelajari secara mendalam terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran Islam dan bagaimana perwujudannya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.
Secara garis besar ada dua macam metode untuk memahami Islam. Pertama, metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, dengan cara demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh. Kedua, metode sintesis, yaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dengan metode teologis normative. Metode ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang tampak dalam kenyataan historis, empiris, dan sosiologis, sedangkan metode teologis normative digunakan untuk memahami Islam yang terkandung dalam kitab suci. Melalui metode teologis normative ini seseorang memulainya dengan memahami Islam sebagai agama yang mutlak benar. Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama sebagaimana norma ajaran yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang secara keseluruhan diyakini amat ideal. Melalui metode teologis normative yang tergolong tua usianya ini dapat dihasilkan keyakinan ilmiah yang tergolong muda usianya ini dapat dihasilkan kemampuan menerapkan Islam yang diyakini dan dicintainya itu dalam kenyataan hidup serta memberi jawaban terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi manusia.
Sedangkan menurut Ali Anwar Yusuf dalam bukunya Studi Agama Islam, terdapat tiga metode dalam memahami agama Islam, yaitu: 



1.    Metode Filosofis
Filsafat adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas segala sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan sedalam-dalamnya sejauh jangkauan kemampuan akal manusia, kemudian berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal dengan meneliti akar permasalahannya.
2.    Metode Historis
Metode historis ini sangat diperlukan untuk memahami Islam, karena Islam itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan sangat berhubungan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Melalui metode sejarah, seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya dan hubungannya dengan terjadinya suatu peristiwa.
3.    Metode Teologi
Metode teologi dalam memahami Islam dapat diartikan sebagai upaya memahami Islam dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari satu keyakinan. Bentuk metode ini selanjutnya berkaitan dengan pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan yang memandang Islam dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari Allah yang di dalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia.

B.  Ruang Lingkup Studi Islam
Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari tiga sisi:
1. Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.
2. Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3. Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat islam.
Bila islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi islam dapat dibatasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu kenyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.





C.  Urgensi Mempelajari Studi Islam
Dalam satu hadistnya Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya bani Israil ( kaum yahudi dan nasrani ) telah berpecah belah menjadi 72 aliran, dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 aliran. Mereka semua akan masuk neraka kecuali satu aliran saja. Para sahabat bertanya,”Siapakah dia itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawb, “siapa yang mengikuti jejakku dan para sahabatku.” (HR.tirmidzi al-Hakim dan al-Aajurri, diharuskan oleh al-Albani)
Dari hadits di atas kita tahu bahwa sejak jauh-jauh hari Rasulullah telah menginformasikan (mensinyalir) tentang adanya perpecahan umat. Hadist diatas bukanlah isapan jempol belaka.di Indonesia saja, telah muncul beberapa aliran agama baru yang muncul dari suatu agama -terutama Islam- sejak puluhan tahun yang lalu.pada umumnya, pelopor sekaligus pemimpinnya mengaku sebagai ”orang pilihan” yang diutus oleh Tuhan sebagai juru selamat atau penyempurna suatu agama bagi umat manusia.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak akan terjadi jika manusia -khususnya umat Islam- memahami dan menguasai metodelogi studi agama, yang dalam hal ini adalah metodologi studi Islam.
Para penyebar paham-paham yang menyeleweng ini menganggap bahwa apa yang mereka perbuat adalah suatu hal yang benar. Padahal hal itu tidaklah benar. Allah SWT berfirman:
’Barang siapa yang berpaling dari pengajaran rabb Yang Maha Pemurah (al-Qur’an), maka kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan), dan syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya .Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar memalingkan mereka dari jalan yang benar, sedangkan mereka mengaku bahwa mereka mendapat petunjuk.” (Qs.Az-Zukhruf:36-37).
Itulah mengapa Allah SWT memeritahkan manusia untuk banyak-banyak membaca (Qs Al-Alaq), baik membaca secara harfiah maupun maknawiyah (memperhatikan dan memikirkan), agar kita tidak mudah tergelincirdari jalan yang benar.
Sebagian besar yang mempelajari al-Qur’an tanpa disertai pemikiran dan perenungan yang mendalam. Mereka memakai bahasa al-Qur’an secara lugas saja tanpa memperhatikan ilmu kalam, filologi sastra, dan ilmu baca lainnya di dalam mempelajari Al-Qur’an. Itulah mengapa sebagian orang yang ’’nyeleweng’’ adalah orang yang diaggap berilmu dan sebagian yang lain adalah orang awam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ilmu Abdillah bin abbas, Rasulullah SAW bersabda:
’’Ummu Abdillah berkata, pada waktu itu aku di makkah, Nabi SAW berdiri pada suatu malam lalu memanggil-manggil, ’’Apakah aku telah menyampaikan?” Nabi mengulanmg-ngulang sampai tiga kali …”Akan datang pada manusia suatu zaman ,mereka itu mempelajari al-Qur’an lalu membacanya, kemudian mereka berkata, kami telah mengkaji dan mengajarkan al-Qur’an maka siapa orang /golongan yang baik dari ada golongan kami? (mereka ujub), maka apakah pada mereka itu masih terdapat kebaikan? Para sahabat bertanya,”Ya Rosulullah siapakah sebenarnya merekia itu?” Nabi menjawab, ’’Mereka itu dari kalangan kaum (umat islam),dan mereka itu akan menjadi kayu bakar api neraka.”[2]
Dimasa sekarang ini dimana umat Islam sedang mengalami tantangan kehidupan dunia dan budaya modern, studi keIslaman menjadi sangat urgen. Urgensi Islam tersebut dapat diuraikan dan di fahami sebagai berikut:
Umat Islam saat ini berada dalam kondisi problematis, saat ini umat Islam masih berada dalam piosisi termarginalkan (pinggir) dan lemah dalam aspek kehidupan sosial budaya yang harus berhadapan dengan dunia modern yang maju dan canggih untuk itu umat Islam harus melakukan gerakan pemikiran yang menghasilkan konsep yang cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi perkembangan tersebut.
Jika umat Islam hanya berpegang pada ajaran Islam penafsiran ulama-ulama Islam terdahulu yang merupakan warisan turun temurun yang dianggapnya sudah paling benar, maka mereka mengalami kemandekan intelektual, melalui pendekatan yang bersifat objektif rasional studi Islam mampu memberi alternatif dari kondisi tersebut.
Umat manusia dan peradabannya saat ini sedang berada dalam keadaan yang problematis, pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan peradaban umat manusia yang dikenal dengan era globalisasi. Pada era ini ditandai dengan semakin dekatnya jarak dengan hubungan serta komunikasi antar bangsa dan budaya umat manusia.

Dalam suasana semacam itu, umat manusia membutuhkan aturan-aturan, nilai-nilai, dan norma-norma serta pedoman dan pegangan hidup yang universal. Sumber-sumber tersebut dapat diperoleh dari agama, filsafat, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun agama telah ditinggalkan oleh perkembangan filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetepai, filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi tidak mampu menjadi pedoman dan pegangan hidup. Dengan demikian, manusia modern pun sebenarnya dalam keadaan yang problematis.
Harold H. Titus dan ahli filsafat yang lainnya menjelaskan situasi problematis tersebut, bahwa “Filsafat sekarang telah mencapai kekuatan yang besar, tetapi tanpa kebijaksanaan. “ saat ini manusia mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menguasai alam semesta. Roger Garaudy mengemukakan bahwa “Perkembangan filsafat dan peradaban modern saat ini telah mendorong manusia kepada hidup tanpa tujuan dan membawa kematian”. Hal ini merupakan akibat dari perkembangan filsafat barat modern yang salah, yang berpegang pada:
1.Konsep yang keliru tentang alam, dianggap sebagai milik manusia, sehingga mereka berhak mengeksploitasinya sesuka mereka.
2. Konsep yang tidak mengenal belas kasihan tentang hubungan mansuia yang didasarkan atas individualisme tanpa kembali dan hanya menghasilkan persaingan pasar.
3. Konsep yang menyebabkan rasa putus asa terhadap masa depan.
Disinilah urgensi studi Islam untuk menggali kembali ajaran-ajaran Islam yang asli dan murni serta bersifat manusaiwi dan universal, yang mempunyai daya untuk mewujudkan dirinya sebagai rahmatan lil alamin. Dari situ kemudian dididikan dan ditransformasikan kepada generasi penerusnya dan diharapkan dengan peradaban dan budaya modern, agar mampu beradapan dan beradaptasi terhadapnya. Dengan demikian diharapkan bisa menawarkan alternatif pemecahan permasalahan yang dihadapai oleh umat manusia dalam dunia modern dan era globalisasi.

D.  Pertumbuhan Studi Islam dulu dan sekarang
1. Massa Rasulullah    
a. Transformasi ilmu dilakukan secara lisan.
b. Rasul telah mengembangkan bibit pengembangan studi islam terutama tafsir dan ushul fiqih. Hadits adalah penafsiran rosul tarhadap al-qur’an yang didalamnya terdapat metode penerapan hukum.
2. Masa Pasca Rasulullah
a. Mulai muncul tradisi literer dimulai dengan pengumpulan al-qur’an (masa khulafaur rasyidin).
b. Hadits juga mulai dikumpulkan dan ditulis dalam sebuah kitab (masa dinasti abasiyyah). Para muhaddisin juga menyusun kriteria ilmiah bagi penerimaan hadits dengan kategori shahih, hasan dan dha’if.
c. Perkembanggan studi islam mencapai puncaknya pada masa abasiyyah. Studi islam yang dikembangkan hanya meliputi ilmu normatif islam yang bersumber pada teks agama.[3]

3. Studi Islam di Dunia Barat
a. Kajian barat terhadap islam memunculkan orientalisme, yaitu kajian tentang ketimuran. Kajian awal yang dilakukan orientalisme yang diselenggarakan diperguruan tinggi dibarat memandang umat islam sebagai bangsa primitive.
b. Kajiannya difokuskan pada al-qur’an dan pribadi nabi Muhammad secara ilmiah yang hasilnya menyudutkan ajaran dan umat islam.
c. Pendekatan yang digunakan para orientalis bersifat lahiriah (eksternalisasi). Agama islam hanya dipandang dari sisi luarnya saja menurut sudut pandang barat.
d. Pada masa selanjutnya muncul karya-karya yang mengoreksi dan merekonstruksi kajian orientalis lama, Karen adanya anomali (ketidaktepatan) dalam studi islam. Tokohnya antara lain:Louis Massingnon, w. Montgomery Watt, dan Wilfred Cantwell Smith.
e. Islamic studies menjadi salah satu kajian yang dibuka di universitas barat dengan sarana pendukung yang lengkap. Pendekatan yang digunakan antara lain: filologi, antropologi, sejarah, sosiologi,psikologi, dsb.
4. Studi Islam di Indonesia
a. Masa klasik (abad 7-15M)
· Melalui kontak informal, saluran perdagangan, perkawinan, dan tasawuf
· Para pedagang (arab, ppersia dan india) beberapa sebagai mubalighoh
· Materi pengajaran: kalimat syahadat, rukun iman, rukun islam
· Abad 13 muncul pendidikan langgar dan pesantren
b. Masa pra kemerdekaan
· Tahun 1909 muncul pendidikan madrasah yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad di Palembang
· Tahun 1910, Syekh Tholib Umar mendirikan madrasah schoot di Batu Sangkar tahun1923 diganti dengan dini’yah school dan tahun 1931 diganti menjadi al-jam’iah al-islamiah
· Tahun 1915, Zainuddin Labib Al-Yunusi mendirikan madrasah diniyah di Padang Panjang
· Muhammadiyah (berdiri tahun 1912) mendirikan HIS, sekolah guru, SD 5 tahun, dan madrasah.
· Al-irsyad (berdiri di Jakarta tahun 1913) mendirikan madrasah awaliyah (3th), ibtidaiyah (4th), tajhizyah (2th), mualimmin (2th), dan takhassus (2th).
· Al-jami’ah Al-Wasliyah (berdiri tahun 1930 di Medan), mendirikan: madrasah tajhiziyah (2th), ibtidaiyah (4th), tsanawiyah (2 th), qismul ali (3 th), dan takhassus (2th).
· Nidhamul ulama (didirikan tahun 1926). Mendirikan: madrasah awaliyah ( 2th), ibtidaiyah (3th), tsanawiyah (3th), mu’alimmin wstha (2 th), mu’alimmin ulya (2 th).
c. Pasca kemerdekaan
· Tahun 1952 studi islam pada tingkat dasar sampai menengah diseragamkan melalui jenjang: MI (6 th), MTS 93 Th), dan MA (3 th).
· Pada tahun 1951 didirikan perguruan tinggi agama islam negri (PTAIN) yang kemudian menjadi institute agama islam negri (IAIN) tahun 1960.[4]
Selama penggal sejarah timbulnya islam, peradaban dunia meliputi dua kerajaan: yaitu Sasanid Persia dan Bizanti roma yang bersuku badui dan pengembala unta yang hidupnya dengan cara berkabila-kabila dan berdagang. Suku Quraisy yang hidup berdagang, yang mendominasi kota perdagangan Mekkah dimana Muhammad juga memulai aktifitasnya dan di tempat itu pula islam pertama kali diproklamirkan. Pendidikan Islam pada zaman awal dilaksanakan di masjid-masjid. Mahmud Yunus menjelaskan bahwa pusat-pusat studi Islam klasik adalah Mekkah dan Madinah (Hijaz), Bashrah dan Kufah (Irak), Damaskus dan Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir). Madrasah Mekkah dipelopori oleh Mu’adz bin Jabal; madrasah Madinah dipelopori oleh Abu Bakar, Umar dan Ustman; madrasah Bashrah dipelopori oleh Abu Musa al-Asy’ari dan Anas bin Malik; madrasah Kuffah dipelopori oleh Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud; madrasah Damaskus (Syiria) dipelopori oleh Ubadah dan Abu Darda; sedangkan madrasah Fistat (Mesir) dipelopori oleh Abdullah bin Amr bin Ash’.
Pada zaman kejayaan Islam, studi Islam dipusatkan di ibukota Negara, yaitu Bagdad. Di Istana Dinasti Bani Abbas pada zaman al-Makmun (813-833), putra Harun al-Rasyid, didirikan Bait al-Hikmah, yang dipelopori oleh khalifah sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dengan wajah ganda; sebagai perpustakaan serta sebagai lembaga pendidikan (sekolah) dan penerjemahan karya-karya Yunani kuno ke dalam bahasa Arab untuk melakukan akselerasi pengembangan ilmu pengetahuan.
Di samping itu, di Eropa terdapat pusat kebudayaan yang merupakan tandingan Bagdad, yaitu Universitas Cordova yang didirikan oleh Abdurrahman III (929-961 M) dari Dinasti Umayah di Spanyol. Di Timur Islam, Bagdad, juga didirikan Madrasah Nizhamiah yang didirikan oleh Perdana Menteri Nizham al-Muluk; dan di Kairo, Mesir, didirikan Universitas Al-Azhar yang didirikan oleh Dinasti Fatimiah dari kalangan Syiah. Dengan demikian, pusat-pusat kebudayaan yang juga merupakan pusat studi Islam pada zaman kejayaan Islam adalah Bagdad, Mesir dan Spanyol.
Asal-Usul dan Pertumbuhan Studi Islam, Pendidikan Islam di Indonesia tidak pernah lepas dari semangat penyebaran Islam yang dilakukan secara intensif oleh para pendahulu dalam kerangka perpaduan antara konteks keindonesiaan dengan keislaman. Pada awalnya pendidikan Islam, dalam bentuk halaqah-halaqah, kemudian bentuk madrasah. Selain pesantren pendidikan Islam di Indonesia diharapkan pada tantangan semakin berkembangnya model-model pendidikan. Pertumbuhan minat untuk memahami Islam lebih sebagai tradisi keagamaan yang hidup, yang historis. Ketimbang “kumpulan tatanan doktrin” yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadits. Studi Islam kontenporer di Barat, berusaha keras menampilkan citra yang lebih adil dengan mengandalkan berbagai pendekatan dan metode yang lebih canggih dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan.[5]

E.  Manfaat Metodologi Study Islam Bagi Mahasiswa
Seiring berkembangnya zaman, mempelajari metodologi studi islam diharapkan dapat mengarahkan kita untuk untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dalam pemikiran aiaran-ajaran islam yang merupakan warisan doktriner yang dianggap sudah mapan dan sudah mandek serta ketinggalan zaman tersebut, agar mampu beradaptasi serta menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan modernisasi dunia dengan tetap berpegang terhadap sunber agama islam yang asli, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mempelejari metodologi studi islam juga diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat islam agar tetap menjadi muslim yang sejati yang mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era-globalisasi sekarang ini.
Maka dari itu kedudukan studi islam sangatlah penting peranannya dari semua disiplin ilmu lain yang menyangkut tentang aspek islam, karena studi islam merupakan disiplin ilmu yang menerangkan dasar seseorang dalam beragama. Oleh karenanya diharapkan mata kuliah ini harus ada dalam setiap studi ilmu khususnya di Indonesia.
Dengan mempelajari studi islam, Mahasiswa diharapkan mempunyai pegangan hidup yang pada akhirnya dapat menjadi muslim sejati.[6]
Dan manfaat yang lain bagi mahasiwa/i dalam mempelajari Metodologi Studi Islam adalah:
1.    Mahasiswa mampu memposisikan dirinya, yaitu sebagai ilmuwan, agamawan atau mewakili keduanya.
2.    Mahasiswa memiliki kesadaran ilmiah yang tinggi yang diwujudkan melalui cara telaahnya yang kritis-objektif dalam berbagai hal. Mampu melakukan pembacaan dan pengindraan epistemologis dengan seperangkat tawaran kacamata intelektual yang relevan.
3.    Mahasiswa memiliki khazanah intelektual dengan seperangkat pendekatannya serta mampu menggunakannya sesuai dengan pilihan kacamata intelektual yang relevan.


BAB III
RELASI ISLAM DENGAN AGAMA-AGAMA DI DUNIA

Sebelum Islam datang ke dunia ini, telah terdapat sejumlah agama yang dianut oleh umat manusia. Para Ahli Ilmu Perbandingan Agama membagi agama secara garis besar kedalam dua bagian, yaitu :
1.               Kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-Nya sebagaimana termaktub dalam kitab suci Alquran dan agama ini biasanya disebut dengan agama samawi (agama langit) karena berasal dari atas langit. Yang termasuk kedalam kelompok agama ini antara lain Yahudi, Nasrani, dan Islam.
2.               Kelompok agama yang didasarkan pada hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suci yang disusunnya dan agama ini biasanya disebut dengan agama ardli (agama bumi) karena berasal dari bumi. Yang termasuk kedalam kelompok agama ini antara lain Hindu, Budha, Majusi, Kong Hucu dan lain sebagainya.
Agama-agama tersebut hingga saat ini masih dianut oleh umat manusia didunia dan disampaikan secara turun temurun oleh penganutnya. Didalam mengkaji agama islam biasanya sering dihadapkan dengan agama-agama tersebut dengan tujuan untuk mengetahui posisi islam diantara agama-agama tersebut.
Islam adalah agama yang terakhir diantara sekalian agama besar di dunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang menggerakan revolusi dunia dan mengubah nasib sekalian bangsa, agama yang melingkapi segala-galanya dan mencakup sekalian agama yang datang sebelumnya.
Posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya:
1.               Islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa sekalian agama besar didunia yang datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah, beriman kepada para nabi dan kitab suci dari semua bangsa dan agama islam mencakup segala agama didunia dengan kitab sucinya alquran yang merupakan gabungan dari semua kitab suci didunia (kitab taurat, zabur dan injil yang murni)
Di dalam Alquran dijumpai ayat-ayat yang menyuruh umat islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebagai bagian dari rukun iman, misalnya suruh Al-Baqarah ayat 4 :
والذين يؤمنون بما أنزل اليك وما أنزل من قبلك
“ Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan sebelum engkau “ (Al-Baqarah : 4)
2.      Islam adalah agama yang terakhir dan merupakan pernyataan kehendak ilahi yang sempurna.
Di dalam Alquran disebutkan:
اليوم أكملت لكم دينكم و أتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الاسﻻم دينا
“ Pada hari ini Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepadamu, dan Aku meridhoi islam sebagai agamamu”
3.      Agama islam memiliki tugas yang besar yaitu:
a.       Mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekalian agama di dunia.
b.      Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya.
c.       Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganut agama sebelumnya yang kemudian dimasukan kedalam agamanya itu .
d.      Mengajarkan kebenaran abadi yang sebelumnya tidak pernah diajarkan.
e.       Memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju.
4.      Dengan datangnya islam, agama memperoleh arti yang baru dan didalamnya terdapat unsur pembaruan. Dalam hal ini paling kurang ada 2 hal:
a.       Agama islam harus diperlakukan sebagai sebuah ilmu, dimantapkan dengan menyajikan ajaran agama sebagai landasan perbuatan bagi perkembangan manusia menuju tingkat kehidupan yang lebih tinggi lagi.
b.      Ruang lingkup agama islam mencakup kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
5.      Posisi agama islam terhadap agama-agama lain dapat dilihat dari dua sifat yang dimiliki ajaran islam, yaitu akomodatif dan persuasif.
Islam berupaya mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna dan semangat baru didalamnya. Sebelum islam datang dijumpai adanya kebiasaan masyarakat jahiliyah melakukan kurban persembahan kepada para dewa dan arwah leluhur untuk memperoleh keberkahan. Kebiasaan berkurban ini diteruskan oleh islam dengan tujuan kurban diarahkan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur kepada Allah atas segala karunia yang diberikan-Nya, sedangkan daging kurbannya diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang kurang mampu.
Upaya yang dilakukan dengan cara persuasif misalnya islam melihat adanya hal-hal yang tidak disetujui dan harus dihilangkan, namun dari segi yang lain Islam mengupayakan agar proses menghilangkan tradisi yang demikian itu tidak menimbulkan gejolak sosial yang merugikan. Proses tersebut dilakukan secara bertahap sambil menjelaskan makna larangan tersebut yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan intelektual mereka, hingga akhirnya perbuatan tersebut benar-benar ditinggalkan oleh masyarakat. Hal yang demikian misalnya terlihat pada larangan meminum minuman keras. Dalam proses pelarangan itu, Islam menempuh cara-cara yang persuasif. Dimulai dengan membiarkan apa adanya, kemudian menjelaskan pengaruh positif dan negatifnya pada saat mereka bertanya. Setelah itu minuman keras tersebut dilarang pada saat-saat tertentu saja, yaitu pada saat akan melakukan sholat, hingga kemudian dilarang pada kapan saja.
6.      Hubungan islam dengan agama-agama lain dapat dilihat pada ajaran moral yang ada didalamnya dan konsep gender yang terdapat pada masing-masing agama.
a.    Dalam agama Hindu terdapat ajaran yang menganggap bahwa keinginan terhadap kesenangan merupakan hal yang bersifat alamiyah sesuai dengan kodrat manusia. Akan tetapi terdapat ajaran untuk mengendalikan hawa nafsu terhadap kenikmatan tersebut.
Dalam agama Hindu, wanita diibaratkan sebagai tanah dan laki-laki diibaratkan sebagai benih. Hasil terjadinya jasad badaniyah yang hidup terjadi karena melalui hubungan antara tanah dan benih. Potensi wanita dipandang kreatif dan penuh kebaikan hanya apabila potensi itu terjadi secara harmonis dengan pria.
b.    Dalam agama Budha terdapat ajaran tentang pengendalian diri dari memperturutkan hawa nafsu yang berakibat pada terjadinya tindakan kejahatan dan terdapat pula sejumlah ajaran etis tentang larangan membunuh, larangan mencuri, berdusta dan lain sebagainya.
Agama Budha menyatakan bahwa seorang istri berkedudukan dan berperan cukup besar dalam menyukseskan suaminya. Suami istri memiliki kewajiban dan tanggung jawab bersama dalam rumah tangga dan adanya kehendak bersama dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Seorang istri yang patut dipuji dalam suatu keluarga yaitu istri yang keibuan, istri yang seperti saudara, istri yang seperti sahabat dan istri yang seperti pegawai.
c.       Dalam agama Yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa terdapat Sepuluh perintah Tuhan yang meliputi : pengakuan terhadap Tuhan Tang Maha Esa; Larangan menyekutukan Tuhan dengan apa saja dan dimana saja; Larangan menyebut nama Tuhan dengan kata-kata yang dapat menyia-nyiakan-Nya; Memuliakan hari Sabtu; Menghormati ayah dan ibu; Larangan membunuh sesama manusia; Larangan berbuat zina; Larangan mencuri; Larangan menjadi saksi palsu; Menahan hawa nafsu untuk memiliki sesuatu yang bukan menjadi miliknya.
d.    Dalam agama Kristen terdapat ajaran tentang perintah berbuat baik antara sesama manusia, saling mencintai sesama manusia, bersifat pemurah dalam setiap hal yang menyangkut kebaikan, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan lain sebagainya.
Dalam agama Kristen, Yesus tidak membeda-bedakan laki-laki dan perempuan. Ia menghargai wanita sebagai pribadi yang utuh. Yesus berbicara langsung dengan wanita, menyembuhkan wanita yang sakit dan memanggil wanita untuk mengikutinya.
e.               Dalam agama Islam terdapat ajaran tentang pengendalian hawa nafsu keduniaan yang diikuti oleh keharusan melakukan perbuatan yang baik bagi kemanusiaan. Islam mengingatkan umatnya agar jangan mengikuti hawa nafsu karena mengikuti hawa nafsu akan menjerumuskan pelakunya kedalam kehidupan yang menyengsarakan.
Dalam ajaran Yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa terdapat ajaran menghormati hari sabtu. Ajaran ini tidak dianggap relevan lagi dalam ajaran Islam. Semua hari dalam ajaran Islam memiliki kedudukan dan makna yang sama, tergantung kepada orang yang memanfaatkannya.
Dalam agama islam wanita diumpamakan seperti tanah ladang tempat bercocok tanam sebagaimana disebut dalam Alquran surah Al-baqarah ayat 223 yang artinya : “ Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tersebut bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah amal yang baik untuk dirimu dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.”
Rasulullah menyebutkan kriteria seorang istri sebagaimana yang disebutkan dalam suatu hadits yang artinya : “Tidak ada sesuatu yang diambil faedahnya oleh orang muslim setelah takwakepada Allah yang lebih baik baginya daripada seorang istri shalihah yang jika seorang suami memerintahnya, ia mematuhinya; jika suami memandangnya, maka ia menyenangkannya; jika suami menggilirnya, maka ia mematuhinya; dan jika suami pergi darinya, maka ia memelihara diri dan harta (suami)nya”.
Dari penjelasan-penjelasan ini terlihat dengan jelas bahwa posisi ajaran islam diantara agama-agama lain selain mengoreksi dan membenarkan juga melanjutkan sambil memberikan makna baru dan tambahan-tambahan sesuai dengan kebutuhan zaman. Oleh karena itu, diutuslah Rasulullah SAW untuk menyempurnakan ajaran-ajaran para Nabi dan Rasul terdahulu dan memerintahkan manusia untuk mengimani apa yang diwahyukan kepada beliau berupa A-lquran dan As-sunnah.[7]
Berbicara tentang agama Islam, kita tak kan pernah lupa dengan orang yang pertama membawa agama ini kedalam dunia ini. Orang yang menjadi contoh utama dalam segala hal dalam kehidupan, baik hubungan antara manusaia atau dengan Tuhan itu sendiri. Dia adalah Nabi Muhammad Saw. Beliau adalah seorang di antara manusia teragung yang dikenal oleh sejarah peradaban manusia. Kita sebagai penganut agama Islam dituntut untuk menghayati ajaran beliau, Sebagaimana di Firmankan Allah SWT dalam Al-qur’an:
Artinya: sungguh telah ada dalam diri Rasulullah suri tauladan yang baik (uswatun hasanah)
Kita bukan hanya dituntut bukan hanya menghayati ajaran beliau tetapi memantapkan cinta dan penghargaan kita atas jasa-jasa serta pengorbanan beliau Karena kalau kita tidak mampu mengakui dan memberi penghoramatan kepada para tokoh, maka kepada siapa lagi penghormatan itu kita berikan? Kalau kita enggan memberi hak-hak manusia agung, maka, mungkinkah kita bersedia memberi hak orang-orang kecil? Justru karena jasa dan pengorbanan Nabi Muhammad Saw, serta atas dasar pemberian hak penghormatan itulah sehingga Allah SWT, dan para malaikat mencurahkan rahmat dan memohonkan maghfiroh untuk beliau serta menganjurkan nikmat Islam untuk menyampaikan shalawat dan salam sejahtera kepada Nabi Muhammad Saw. Dan segenap keluarga beliau.
Kedudukan utama Nabi Muhammad Saw, tercermin antara lain dalam Firman Allah yang artinya:
            Dan kami telah tinggikan namamu
Dalam arti pengakuan kenabian Nabi Muhammad Saw. Nama beliau juga disandingkan dengan nama Tuhan dengan pengakuan akan ke-Esaan Allah SWT dalam dua kalimat Syahadat:
Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”
Hal ini juga berarti kepatuhan kepada beliau identik dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT:
Artinya: Siapa taat kepada Rasul, maka dia telah taat kepada Allah. Barang siapa yang berpaling dari ketaatan itu, maka kami tidak mengutusmu menjadi pemelihara mereka (QS An-Nisa : 80)
Keluhuran Nabi Muhammd Saw, bukan hanya dinyatakan Allah, dan hanya diyakini umat Islam, berdasar Firman-Nya:
Artinya: Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam:4)
Tetapi juga diakui oleh kawan dan lawan. betapa tidak, cetusan paling buruk dalam percakapannya adalah: “semoga dahinya berlumuran Lumpur”, ketika diminta untuk mengutuk, beliau menjawab: “Aku bukan diutus sebagai pengutuk, tetapi Aku diutus sebagai pengajak kepada kebaikan dan penyebar rahmat.”
Komitmen beliau terhadap waktu amat tinggi, tidak saja dalam menyelesaikan tugas atau memenuhi sebuah janji, tapi juga dalam mengisi waktu itu sendiri. Tidak heran, karena memang ajaran Ilahi yang diterimanya berpesan:
Artinya: “Apabila engkau telah menyelesaikan satu pekerjaan, maka kerjakanlah yang lain hingga engkau letih, dan  hendaklah kepada Tuhanmu engkau mengharap.” (QS An-Nashrah: 7-8).
Kebersihan yang diperagakan dalam diri, rumah dan lingkungannya amat menonjol, karena beliau yakin bahwa kebersihan adalah manifestasi iman, dan arena menurut beliau: “Menyingkirkan kotoran atau gangguan dari jalan adalah bagian terendah dari keimanan.”
Menyadari kedudukan beliau sebagai panutan dan teladan, menuntut kita tidak terpaku dalam formalitas lahiriah dan melupakan esensi ajarannya. Kita sadari bahwa ajarannya berorientasi kepada usaha persatuan dan kemanusiaan, sebagaiman Firman Allah:
Artinya: wahai seluruh ummat manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu berasal dari seorang lelaki dan seorang perempuan, dan kami adikan engkau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal (Bantu membantu). Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha mengtahui lagi maha mengenal (QA Al-Hujurat : 13)
Jika kita menengok dari dunia luar, kita akan tahu dan sadar betapa besar nikmat Tuhan yang dilimpahkan kepada bangsa kita. Nilai luhur bangsa yang seiring dengan ajaran toleransi Nabi Muhammad Saw, telah berakar dalam jiwa, berkat kearifan dan jasa para pendahulu, yang dilestarikan oleh pemimpin-pemimpin bangsa dewasa ini. Dalam konteks teristimewa masa kini bahkan akhir-akhir ini. Coba perhatikan firman Allah SWT:
Artinya: janganlah kamu menjadi seperti seorang oerempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat dan bercerai berai (QS Al-Nahl: 92)
Untuk memelihara hal tersebut ada dua hal yang harus digaris bawahi :
Pertama, kita harus mampu mensosialisasikan semangat ajaran serta keteladanan Nabi Muhammad Saw. Toleransi dan moderasi yang beliau ajarkan harus senantiasa menjadi acuan dan pedoman dalanm interaksi kita dengan umat agama lain. Kita seyogyanya tidak terpengaruh oleh pendapat dan pendekatan umat Negara lain yang telah dibebani oleh sejarah konflik dan permusuhan yag ikut mewarnai budaya mereka. Konflik yang berkepanjangan, apalagi kontak fisik yang mengorbankan jiwa, tidak pernah terjadi di negri kita. Oleh karena itu kedamaian dalam sejarah hubungan antar umat beragama di Indonesia harus tercermin dalam interaksi kita. tidak saja dituntu untuk bersama-sama mengoreksi citra dan kesan keliru yang boleh jadi tergambar dalam benak masing-masing, tapi lebih Dari itu kita harus memberi contoh dalam upaya menjalin kerja sama kontruktif, jauh dari perdebatan teologis doctrinal yang selalu berakhir dengan jalan buntu. Sebagaimana firman Ilahi:
Artinya: katakanlah: “hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah” jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS Ali Imran: 64)
Sejarah konflik antar umat beragama dunia luar, yang telah membuahkan kesalahpahaman, rasa curiga dan bahkan permusuhan harus dibuang jauh dari bumi kita. Kita semua dituntut untuk memperdalam semangat persaudaraan. Semangat persaudaraan ini pernah dicontohkan oleh Theodore Abu Qurrah, seorang uskup dari Harran-Mesopotamia, yang lahir pada 740 M. tanpa mengorbankan keimanannya beliau menempatkan Nabi Muhammad Saw pada posisi para Nabi dan menyatakan Bahwa Muhammad Saw telah menempuh jalan para Nabi. Wajar jika dalam salah satu ayat Al-Qur;an ditemukan pujian kepada kelompok tertentu umat Kristen yang menjalin hubungan baik dengan Kaum Muslim:
Artinya: sesungguhnya kamu pasti dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “sesungguhnya kami ini orang nasrani.” Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib. Juga karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (QS Al-Maidah: 82)[8]
Namun harus diingat bahwa betapapun keras usaha setiap kelompok keagamaan dalam menjalin hubungan dengan kelompok lain, konflik intern yang melanda tubuh suatu umat pasti akan merupakan kendala yang menggerogoti keutuhan umat itu sendiri, sehingga pada gilirannya akan menghambat tercapainya suasana dialogis dan kerja sama dengan umat lain. Komunitas agama  di Indonesia dengan prestasinya dalam mewujudkan suasana dialogis harmonis selama ini diharapakan tidak terperangkap oleh konflik-konflik intern yang sering disebabkan oleh kekurangan pemahaman tentang inti ajara masing-masing Disatu pihak. atau oleh pengaruh factor eksternal politis yang sedang melanda dunia Islam.
Jadi segala sesuatu harus kita kembalikan kepada inti ajaran kita masing-masing dan semua yang ada adalah kebenaran menurut penganutnya masing-masing. Kembalikan semua hal ke dalam ajaran agama Islam yang sangat indah dan penuh dengan kasih Tuhan.


BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Posisi Islam diantara agama-agama lain tampak bersifat adil, obyektif dan proporsional. Dengan sifatnya yang adil, ajaran Islam mengakui peran yang dimainkan agama-agama yang pernah ada didunia. Dengan sifatnya yang obyektif, Islam memperbaiki dan meluruskan ajaran-ajaran agama yang salah dan tersesat. Dengan bersifat proporsional, Islam memberikan perhatian terhadap ajaran agama yang tidak seimbang. Islam adalah agama yang terbuka, mau berkompromi dan berdialog dengan agama lain. Dengan sifatnya yang demikian ini, Islam telah tampil sebagai penyempurna, korektor, pembenar dan sekaligus sebagai pembaru.
Setiap ajaran agama-agama tersebut memiliki perbedaan yang berkaitan dengan keyakinan (teologis) dan ritualistik, yakni peribadatan. Terhadap hal ini masing-masing agama dianjurkan untuk saling menghargai dan menghormati.
Islam adalah agama perdamaian, jauh dari sikap bermusuhan dan bukan agama kaum teroris. Terjadinya pertentangan antara satu agama dengan agama lain sebagaimana terlihat dalam sejarah, sama sekali bukan disebabkan karena faktor agama, melainkan karena faktor-faktor lain yang mengatasnamakan agama. Hal seperti ini harus segera dicegah dan dikembalikan kedalam situasi yang merperlihatkan keharmonisan hubungan antara agama-agama yang ada didunia.

B.     Saran
Alhamdulillah, Akhirnya dengan do’a dan usaha, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap supaya makalah ini dapat berguna dan dapat dimanfaatkan oleh kalangan banyak. Dan penulis berharap kritik dan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman sekalian. Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman An Nahlawi,Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta:Gema Insani Press,1995), hal:25
Daulay.Haidar Putra. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Indonesia. Kencana. 2009
Fananie, Peny Zainuddin, Studi Islam Asia Tenggara. (Jakarta: Muhammadiyah University Press, 1999)
http://S-MOC  Hubungan Agama Islam Dan Agama-Agama Selain Islam.htm/
http://POSISI ISLAM DI ANTARA AGAMA-AGAMA DI DUNIA ~ Situs Informasi dan Pengetahuan.htm/
http:// PENGANTAR STUDI ISLAM - Mas. Masduki.htm/
http:// MANFAAT  Pengertian, Ruang Lingkup dan Objek Kajian Studi Islam.htm/
http:// Metodologi Studi Islam TK'08  Pengertian dan Lingkup Studi Islam.htm/


[1] Abdurrahman An Nahlawi,Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan Masyarakat,(Jakarta:Gema Insani Press,1995), hal:25
[2] http://PENGANTAR STUDI ISLAM - Mas. Masduki.htm/
[3] Abdurrahman An Nahlawi,Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan Masyarakat,(Jakarta:Gema Insani Press,1995), hal:25
[4]http:// Metodologi Studi Islam TK'08  Pengertian dan Lingkup Studi Islam.htm/
[5]http:// PENGANTAR STUDI ISLAM - Mas. Masduki.htm/
[6]http:// MANFAAT  Pengertian, Ruang Lingkup dan Objek Kajian Studi Islam.htm/
[7] http://POSISI ISLAM DI ANTARA AGAMA-AGAMA DI DUNIA ~ Situs Informasi dan Pengetahuan.htm/
[8] http://S-MOC  Hubungan Agama Islam Dan Agama-Agama Selain Islam.htm/